3 Soal UAS Bahasa Jawa Kelas 3 (Tiga) SD Semester 1 (Ganjil) dan Kunci Jawaban Keterangan Soal : Jumlah Soal Pilihan Ganda : 25 Jumlah Soal Isian Singkat : 10 Jumlah Soal Uraian : 5 Contoh-contoh soal di dalamnya : Wacanen crita ing ngisor iki kanthi teliti! Pandhawa sing nomer telu yaiku Raden Arjuna.
Cerita Wayang Bahasa Jawa (Janaka) Bahasa Jawa Minggu, 26 April 2020. Arjuna (Janaka) Bahasa Jawa. Shapoo Bos. April 26, 2020 Cerita Wayang Bahasa Jawa, Pandawa. Ing jagad ora ana tandhingane bab kebagusane, amarga Janaka minangka simbol amal becik. Amal becik ora bisa pisah klawan swarga (Jannah).
CeritaBahasa Jawa Raden Ajeng Kartini - Hello friends zilacygworld, In the article that you read this time with the title Cerita Bahasa Jawa Raden Ajeng Kartini, we have prepared this article well for you to read and retrieve information in it. hopefully fill in the post Artikel Cerita Sahabat Nabi, what we write can you understand.OK, happy reading.
RadenJanaka. Puntadewa, Wrekudara, Janaka, Nakula, lan Sadewa, sinebut kadang Pandhawa, saka tembung linggane Pandhu lan hawa tegese putra Pandhu. Manut layang Purwacarita, garwane Raden Nakula sesilih Dewi Srengganawati, putrane Sang Hyang Badhawanganala. Karo Dewi Srengganawati iki, Raden Nakula peputra siji sesilih Dewi Sri Tanjung.
Bagigenerasi orang Jawa dulu, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, bijaksana, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi seorang raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Cerita Raden Janaka Raden Arjuna adalah putra ketiga dari pasangan Dewi Kunti dan Prabu Pandu atau sering disebut dengan ksatria Panengah Pandawa. Seperti yang lainnya, Arjuna pun sesungguhnya bukan putra Pandu, namun ia adalah putra dari Dewi Kunti dan Batara Indra. Dalam kehidupan orang jawa, Arjuna adalah perlambang manusia yang berilmu tingga namun ragu dalam bertindak. Hal ini nampak jelas sekali saat ia kehilangan semangat saat akan menghadapi saudara sepupu, dan guru-gurunya di medan Kurusetra. Keburukan dari Arjuna adalah sifat sombongnya. Karena merasa tangguh dan juga tampan, pada saat mudannya ia menjadi sedikit sombong. Arjuna memiliki dasanama sebagai berikut Herjuna, Jahnawi, Sang Jisnu, Permadi sebagai nama Arjuna saat muda, Pamade, Panduputra dan Pandusiwi karena merupakan putra dari Pandu, Kuntadi karena punya panah pusaka, Palguna karena pandai mengukur kekuatan lawan, Danajaya karena tidak mementingkan harta, Prabu Kariti saat bertahta menjadi raja di kayangan Tejamaya setelah berhasil membunuh Prabu Niwatakaca, Margana karena dapat terbang tanpa sayap, Parta yang berarti berbudi luhur dan sentosa, Parantapa karena tekun bertapa, Kuruprawira dan Kurusatama karena ia adalah pahlawan di dalam baratayuda, Mahabahu karena memiliki tubuh kecil tetapi kekuatannya besar, Danasmara karena tidak pernah menolak cinta manapun, Gudakesa, Kritin, Kaliti, Kumbawali, Kumbayali, Kumbang Ali-Ali, Kuntiputra, Kurusreta, Anaga, Barata, Baratasatama, Jlamprong yang berarti bulu merak adalah panggilan kesayangan Werkudara untuk Arjuna, Siwil karena berjari enam adalah panggilan dari Prabu Kresna, Suparta, Wibaksu, Tohjali, Pritasuta, Pritaputra, Indratanaya dan Indraputra karena merupakan putra dari Batara Indra, dan Ciptaning dan Mintaraga adalah nama yang digunakan saat bertapa di gunung Indrakila. Arjuna sendiri berarti putih atau bening. Pada saat lahir, sukma Arjuna yang berwujud cahaya yang keluar dari rahim ibunya dan naik ke kayangan Kawidaren tempat para bidadari. Semua bidadari yang ada jatuh cinta pada sukma Arjuna tersebut yang bernama Wiji Mulya. Kegemparan tersebut menimbulkan kemarahan para dewa yang lalu menyerangnya. Cahaya yang samar samar tersebut lalu berubah menjadi sesosok manusia tampan yang berpakaian sederhana. Hilangnya sukma Arjuna dari tubuh Dewi Kunthi menyebabkan kesedihan bagi Prabu Pandu. Atas nasehat Semar, Pandu lalu naik ke kayangan dan meminta kembali putranya setelah diberi wejangan oleh Batara Guru. Sejak muda, Arjuna sudah gemar menuntut ilmu. Ia menuntut ilmu pada siapapun. Menurutnya lingkungan masyarakat adalah gudang dari ilmu. Guru-gurunya antara lain adalah Resi Drona, dari Resi Dona ia mendapat senjata ampuh yang bernama panah Cundamanik dan Arya Sengkali, yang kedua adalah Begawan Krepa, Begawan Kesawasidi, Resi Padmanaba, dan banyak pertapa sakti lainnya. Dalam kisah Mahabarata, Arjuna berguru pada Ramaparasu, namun dalam kisah pewayangan, hal tersebut hampit tidak pernah disinggung. Dalam pewayangan diceritakan bahwa Arjuna memiliki lebih dari 40 orang istri namun hanya beberapa saja yang terkenal dan sering di singgung dalam pedalangan. Istri-istri Arjuna adalah sebagai berikut Endang Jimambang berputra Bambang Kumaladewa dan Bambang Kumalasekti Dewi Palupi atau Dewi Ulupi berputra Bambang Irawan Dewi Wara Sumbadra berputra Raden Angkawijaya atau Raden Abimanyu. Dewi Srikandi tidak berputra Dewi Ratri berputra Bambang Wijanarka Dewi Dresnala berputra Bambang Wisanggeni Dewi Juwitaningrat berputra Bambang Senggoto yang beujud raksasa Endang Manuhara berputri Dewi Pregiwa dan Dewi Manuwati Dewi Banowati berputri Endang Pergiwati diasuh oleh Endang Manuhara Dewi Larasati berputra Bambang Sumitra dan Bambang Brantalaras Dewi Gandawati berputra Bambang Gandakusuma Endang Sabekti berputra Bambang Priyembada Dewi Antakawulan berputra Bambang Antakadewa Dewi Supraba berputra Bambang Prabakusuma Dewi Wilutama berputra Bambang Wilugangga Dewi Warsiki tidak diketahui putranya Dewi Surendra tidak diketahui putranya Dewi Gagarmayang tidak diketahui putranya Dewi Tunjungbiru tidak diketahui putranya Dewi Leng-Leng Mulat tidak diketahui putranya Dewi Citranggada berputra Bambang Babruwahana Dewi Lestari tidak berputra Dewi Larawangen tidak berputra Endang Retno Kasimpar tidak berputra Dewi Citrahoyi tidak berputra Dewi Manukhara tidak berputra Banyaknya istri yang dimiliki Arjuna ini dalam cerita pewayangan bukanlah merupakan gambaran seseorang yang serakah istri atau mata keranjang, namun gambaran bahwa Arjuna dapat menerima dan diterima oleh semua golongan. Ketika muda, Arjuna pernah ingin memperistri Dewi Anggraini, istri Prabu Ekalaya atau juga sering disebut Prabu Palgunadi dari kerajaan Paranggelung. Saat itu Arjuna yang ingin memaksakan kehendaknya mengakibatkan Dewi Anggraini bunuh diri karena ia hanya setia pada suaminya. Prabu Ekalaya yang mengetahui hal itu menantang Arjuna, namun kehebatan Prabu Ekalaya ternyata lebih dari Arjuna. Arjuna lalu mengadu pada Drona. Ia beranggapan gurunya telah ingkar janji dengan pernah menyebutkan tidak akan pernah mengajari memanah kepada siapapun selain Arjuna. Resi Drona lalu pergi kepada Prabu Ekalaya. Prabu Ekalaya memang adalah penggemar dari Resi Drona, namun karena ia tak dapat berguru secara langsung, ia menciptakan arca Drona di istananya untuk diajak bicara dadn berlatih. Oleh Drona hal tersebut dianggap sebagai suatu hal terlarang dengan memasang arcanya di sana. Maka sebagai gantinya Resi Drona lalu meminta Cincin Mustika Ampal yang telah tertanam di ibu jari Prabu Ekalaya. Oleh drona jari tersebut lalu dipotong lalu di tempelkan pada jari Arjuna. Sejak itulah Arjuna memiliki enam jari pada tangan kanannya. Hal ini dalam bahasa Jawa disebut siwil. Saat bertemu dengan Arjuna lagi, Prabu Ekalaya kalah. Saat itu ia menyadari bahwa ia telah diperdaya, maka sebelum mati ia berkata akan membalas dendam pada Drona kelak dalam Perang Baratayuda. Arjuna memiliki banyak sekali senjata dan Arjuna antara lain adalah Panah Gendewa dari Batara Agni setelah ia membantu Batara Agni melawan Batar Indra dengan membakar Hutan Kandawa, Panah Pasopati dari Kirata, seorang pemburu jelmaan Batara Guru, sebelum Arjuna membunuh Niwatakaca, Mahkota Emas dan berlian dari Batara Indra, setelah ia mengalahkan Prabu Niwatakaca dan menjadi Raja para bidadari selama tujuh hari, keris Pulanggeni, keris Kalanadah yang berasal dari taring Batara Kala, Panah Sarotama, Panah Ardadali, Panah Cundamanik, Panah Brahmasirah, Panah Angenyastra, dan Arya Sengkali, keempatnya dari Resi Drona, Minyak Jayangketon dari Begawan Wilawuk, mertuanya, pusaka Mercujiwa, panah Brahmasirah, cambuk kyai Pamuk, panah Mergading dan banyak lagi. Selain itu aji-aji yang dimiliki Arjuna adalah sebagai berikut Aji Panglimunan/Kemayan dapat menghilang Aji Sepiangin dapat berjalan tanpa jejak Aji Tunggengmaya dapat mencipta sumber air Aji Mayabumi dapat meperbesar wibawa dalam pertempuran Aji Mundri/Maundri/Pangatep-atep dapat menambah berat tubuh Aji Pengasihan menjadi dikasihi sesame Aji Asmaracipta menambah kemampuan olah piker Aji Asmaratantra menambah kekuatan dalam perang Aji Asmarasedya manambah keteguhan hati dalam perang Aji Asmaraturida meanmbah kekuatan dalam olah rasa Aji Asmaragama menambah kemampuan berolah asmara Aji Anima dapat menjadi kecil hingga tak dapat dilihat Aji Lakuna menjadi ringan dan dapat melayang Aji Prapki sampai tujuan yang diinginkan dalam sekejap mata Aji Matima/Sempaliputri dapat mengubah wujudnya. Aji Kamawersita dapat perkasa dalam olah asmara Arjuna pernah membantu Demang Sagotra rukun dengan istrinya saat ia mencari nasi bungkus untuk Nakula dan Sadewa setelah peristiwa Balesigala-gala. Konon hal ini yang membuat Demang Sagotra rela menjadi tawur kemenangan Pandawa kelak dalam Perang Baratayuda Jayabinangun. Setelah Pandawa dihadiahi hutan Kandaprasta yang terkenal angker, Arjuna bertemu dengan Begawan Wilawuk yang sedang mencarikan pria yang diimpikan putrinya. Saat itu Begawan Wilawuk yang berujud raksasa membawa Arjuna dan menikahkannya dengan putrinya, Dewi Jimambang. Konon ini adalah istri pertama dari Arjuna. Dari mertuanya, ia mendapat warisan minyak Jayangketon yang berhasiat dapat melihat makhluk halus jika dioleskan di pelupuk mata. Minyak ini berjasa besar bagi para Pandawa yang saat itu berhadapan dengan Jin Yudistira dan saudara-saudaranya yang tak dapat dilihat mata biasa. Saat itu pulalah Arjuna dapat mengalahkan Jin Dananjaya dari wilayah Madukara. Jin Danajaya lalu merasuk dalam tubuh Arjuna. Selain mendapat nama Dananjaya, Arjuna juga memperoleh wilayah kesatrian di Madukara dengan Patih Suroto sebagai patihnya. Saat menjadi buangan selama 12 tahun di hutan setelah Puntadewa kalah dalam permainan dadu Arjuna pernah pergi untuk bertapa di gunung Indrakila dengan nama Begawan Mintaraga. Dia saat yang sama Prabu Niwatakaca dari kerajaan Manimantaka yang meminta Dewi Supraba yang akan dijadikan istrinya. Saat itu tak ada seorang dewapun yang dapat menandingi kehebatan Prabu Niwatakaca dan Patihnya Ditya Mamangmurka. Menurut para dewa, hanya Arjunalah yang sanggup menaklukan raja raksasa tersebut. Batara Indra lalu mengirim tujuh bidadari untuk memberhentikan tapa dari Begawan Mintaraga. Ketujuh bidadari tersebut adalah Dewi Supraba sendiri, Dewi Wilutama, Dewi Leng-leng Mulat, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki, Dewi Gagarmayang dan Dewi Surendra. Tetapi ketujuh bidadari tersebut tetap saja tidak berhasil menggerakkan sang pertapa dari tempat duduknya. Setelah ketujuh bidadari tersebut kembali ke kayangan dan melaporkan kegagalannya, tiba-tiba munculah seorang raksasa besar yang mengobrak-abrik gunung Indrakila. Oleh Ciptaning, Buta tersebut di sumpah menjadi seekor babi hutan. Lalu babi hutan tersebut dipanahnya. Disaat yang bersamaan panah seorang pemburu yang bernama Keratapura. Setelah melalui perdebatan panjang dan perkelahian, ternyata Arjuna kalah. Arjuna lalu sadar bahwa yang dihadapinya tersebut adalah Sang Hyang Siwa atau Batara Guru. Ia lalu menyembah Batara Guru. Oleh Bataar Guru Arjuna diberi panah Pasopati dan diminta mengalahkan Prabu Niwatakaca. Ternyata mengalahkan Prabu Niwatakaca tidak semudah yang dibayangkan. Arjuna lalu meminta bantuan Batari Supraba. Dengan datangnya Dewi Supraba ke tempat kediaman Prabu Niwatakaca, membuat sang Prabu sangat senang karena ia memang telah keseng-sem dengan sang dewi. Prabu Niwatakaca yang telah lupa daratan tersebut menjawab semua pertanyaan Dewi Supraba, sedang Arjuna bersembunyi di dalam gelungnya. Pertanyaan tersebut diantaranya adalah dimana letak kelemahan Prabu Niwatakaca, sang Prabu dengan tenang menjawab, kelemahannya ada di lidah. Seketika itu Arjuna muncul dan melawan Prabu Niwatakaca. Karena merasa di permainkan, Prabu Niwatakaca membanting Arjuna dan mengamuk sejadi-jadinya. Saat itu Arjuna hanya berpura-pura mati. Ketika Niwatakaca tertawa dan sesumbar akan kekuatannya, Arjuna lalu melepaskan panah Pasopatinya tepat kedalam mulut sang prabu dan tewaslah Niwatakaca. Arjuna lalu diangkat menjadi raja di kayangan Tejamaya, tempat para bidadari selama tujuh hari satu bulan di kayangan = satu hari di dunia. Arjuna juga boleh memilih 40 orang bidadari untuk menjadi istrinya dimana ketujuh bidadari yang menggodanya juga termasuk dalam ke-40 bidadari tersebut dan juga Dewi Dresnala, Putri Batara Brahma. Selain itu Arjuna juga mendapat mahkota emas berlian dari Batara Indra, panah Ardadali dari Batara Kuwera, dan banyak lagi. Arjuna juga diberi kesempatan untuk mengajukan suatu permintaan. Permintaan Arjuna tersebut adalah agar Pandawa jaya dalam perang Baratayuda. Hal ini menimbulkan kritik keras dari Semar yang merupakan pamong Arjuna yang menganggap Arjuna kurang bijaksana. Menurut Semar, Arjuna seharusnya tidak egois dengan memikirkan diri sendiri dan tidak memikirkan keturunan Pandawa lainnya. Dan memang benar, kesemua Putra Pandawa yang terlibat dalam Perang Baratayuda tewas. Di saat Arjuna sedang duduk-duduk tiba-tiba datanglah Dewi Uruwasi. Dewi Uruwasi yang telah jatuh cinta terhadap Arjuna meminta dijadikan istrinya. Arjuna menolak secara halus, namun Dewi Uruwasi yang sudah buta karena cinta tetap mendesak. Karena Arjuan tetap menolak, Dewi Uruwasi mengutuknya akan menjadi banci kelak. Arjuna yang sedih dengan kutukan tersebut dihibur Batara Indra. Menurut Batara Indra hal tersebut akan berguna kelak dan tak perlu kembali dari Kayangan, Arjuna dan saudara-saudaranya harus menyamar di negri Wirata. Dan disinilah kutukan Dewi Uruwasi berguna. Arjuna lalu menjadi guru tari dan kesenian, dan menjadi banci yang bernama Kendri Wrehatnala. Di akhir penyamarannya, Arjuna kembali menjadi seorang ksatria dan mengusir para kurawa yang ingin mnghancurkan kerajaan Wirata. Arjuna lalu akan dikawinkan dengan Dewi Utari namun Arjuna meminta agar Dewi Utari dikawinkan dengan putranya yaitu Raden Abimanyu. Kendati Arjuna adalah seorang berbudi luhur namun ia tetap tidak dapat luput dari kesalahan. Hal ini menyangkut hal pilih kasih. Saat putranya Bambang Sumitra akan menikah dengan Dewi Asmarawati, Arjuna terlihat acuh tak acuh. Oleh Semar, lalu acara tersebut diambil alih sehingga pesta tersebut berlangsung dengan sangat meriah dengan mengadirkan dewa-dewa dan dewi-dewi dari kayangan. Arjuna kemudian sadar akan kekhilafannya dalam hal pilih-pilih kasih. Suatu pelajaran yang dapat dipetik disini adalah sebagai orang tua hendaknya tidak memilih-milih kasih pada anak-anaknya. Dalam perang Baratayuda Arjuna menjadi senopati Agung Pandawa yang berhasil membunuh banyak satriya Kurawa dan juga senotapi-senopati lainnya. Yang tewas di tangan Arjuna antara lain Raden Jayadrata yang telah membunuh putra kesayangannya yaitu Abimanyu, Prabu Bogadenta, Raden Citraksa, Raden Citraksi, Raden Burisrawa, dan Adipati Karna. Masih dalam Baratayuda, Arjuna yang baru saja kehilangan putra kesayangannya menjadi kehilangan semangat, ditambah lagi guru dan saudara-saudaranya satu-persatu gugur di medan Kurusetra. Prabu Kresna lalu memberi nasihat bahwa dalam perang itu tidak ada kawan-lawan, kakak-adik ataupun guru-murid semuanya adalah takdir dan harus dijalani. Ajaran ini dikenal dengan nama Bagawat Gita. Yang membuat semangat ksatria penengah pandawa tersebut kembali menyala saat akan berhadapan dengan Adipati Karna, saudara tua seibu. Setelah Perang Baratayuda berakhir, Dewi Banowati yang memang telah lama berselingkuh dengan Arjuna kemudian diperistrinya. Sebelumnya Arjuna telah memiliki seorang putri dari Dewi Banowati. Di saat yang sama Prabu Duryudana yang mulai curiga dengan hubungan istrinya dan Arjuna lalu berkata bahwa jika yang lahir bayi perempuan, itu adalah putri dari Arjuna dan Banowati akan diusir tetapi jika itu laki-laki maka itu adalah putranya. Saat bayi tersebut lahir ternyata adalah seorang perempuan. Banowati sangat panik akan hal itu. Namun atas pertolongan Kresna, bayi tersebut ditukar sebelum Prabu Duryudana melihatnya. Bayi perempuan yang lalu diasuh oleh Dewi Manuhara, istri Arjuna yang lain kemudian di beri nama Endang Pergiwati. Karena kelahirannya hampir sama dengan putri Dewi Manuhara yang bernama Endang Pergiwa, lalu keduanya di aku kembar. Sedang untuk putra dari Dewi Banowati dan Prabu Duryudana, Prabu Kresna mengambil seorang anak gandrawa dan diberi nama Lesmana Mandrakumara. Karena ia adalah anak gandrawa yang dipuja menjadi manusia, maka Lesmana Mandrakumara memiliki perwatakan yang cengeng dan agak tolol. Malang bagi Dewi Banowati, pada malam ia sedang mengasuh Parikesit, ia dibunuh oleh Aswatama yang bersekongkol dengan Kartamarma dan Resi Krepa untuk membunuh Parikesit yang masih Bayi. Dihari yang sama Dewi Srikandi, dan Pancawala juga dibunuh saat sedang tidur. Untunglah bayi parikesit yang menangis lalu menendang senjata Pasopati yang di taruh Arjuna di dekatnya dan membunuh Aswatama. Arjuna yang sedang sedih karena Banowati telah dibunuh bersama Dewi Srikandi lalu mencari seorang putri yang mirip dengan Dewi Banowati. Putri tersebut adalah Dewi Citrahoyi, istri Prabu Arjunapati yang juga murid dari prabu Kresna. Prabu Kresna yang tanggap akan hal itu lalu meminta Prabu Arjunapati menyerahkan istrinya pada Arjuna. Prabu Arjunapati yang tersinggung akan hal itu menantang Prabu Kresna berperang dan dalam pertempuran itu Prabu Arjunapati gugur sampyuh dengan Patih Udawa dan Dewi Citrahoyi lalu menjadi istri Arjuna. Setelah penguburan para pahlawan yang gugur dalam perang Baratayuda dan pengangkatan Prabu Puntadewa menjadi raja Astina dengan gelar Prabu Kalimataya, Arjuna melaksanakan amanat kakaknya dengan mengadakan Sesaji Korban Kuda atau disebut Sesaji Aswameda. Arjuna yang diiringi sepasukan tentara Astina lalu mengikuti seekor kuda kemanapun kuda itu berjalan dan kerajaan-kerajaan yang dilewati kuda tersebut harus tunduk pada Astina, jika tidak Arjuna dan pasukannya akan menyerang kerajaan tersebut. Semua kerajaan yang dilewati kuda tersebut ternyata dapat dikalahkan. Arjuna lalu kembali ke Astina dan akhir hidupnya diceritakan mati moksa dengan keempat saudaranya dan Dewi Drupadi. Sumber Cerita Raden Janaka – HecKing
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ic1g7U5tkaJ4T6po5F8fTJmb3ziLZGc2GIA8pSePtb0iVuuHknoebg==
Teks Cerita Wayang Pandhawa Lima dalam Bahasa Jawa dan TerjemahannyaPandhawa Lima Pandhawa Lima iku putrane Prabu Pandu Dewanata Ratu ing Ngastina. Prabu Pandu Dewanata Kagungan garwa loro, yaiku Dewi Kunthi lan Dewi Madrim. Prabu Pandu lan Dewi Kunthi kagungan putra telu, yaiku Puntadewa Yudistira, Werkudara Bratasena, lan Janaka Permadi. Prabu Pandu karo Dewi Madrim kagungan putra kembar, yaiku Nakula R. Pingten lan Sadewa R. Tangsen Nalika Pandhawa Lima esih padha cilik, Prabu Pandu lan Dewi Madrim seda. Para Pandhawa banjur diopeni dening Dewi Kunthi. Dewi Kunthi iku watake sabar, jujur, adil, welas asih marang sapadha-padha. Dadi senajan Nakula lan Sadewa iku mung anak kuwalon, nanging sakarone diopeni kaya putrane dewek lan ora Puntadewa Prabu Puntadewa utawi Yudhistira yaiku putra pambarepe Pandhawa. Bareng diwasa, Puntadewa dadi ratu ing Ngamarta. Puntadewa misuwur duwe getih putih, tegese duweni watak sabar banget. Prabu Puntadewa ora bisa nesu lan ora bisa perang. Puntadewa duweni pusaka kang wujud kitab, jenenge Jamus Kalimasada. Kesaktenan pusaka iku kanggo ngreksa katentreman lan keslametan negara lan seisine. Garwane Prabu Puntadewa jenege Dewi Drupadi. Prabu Puntadewa lan Dewi Drupadi kagungan putra kaang aran Raden Werkudara Putra nomer loro Pandhawa Lima yaiku Raden Werkudara utawa Bima. Werkudara nduweni awak kang gedhe, gagah, lan gagah prakosa. Raden Werkudara dadi satriya ing Jodhipati Njadipati utawa tunggul Pamenang. Dheweke uga dikenal jujur lan lugas kanggo njunjung bebener lan keadilan. Jeneng liyane Raden Werkudara yaiku Raden Bima, Raden Bratasena, Raden Bayusutha, lan Gundawastraatmaja. Pusaka unggulanipun inggih menika Paku Pancanaka, Gada Rujakpolo, lan Gada Lambitamuka. Garwane Raden Werkudara jenenge Dewi Nagagini, Dewi Arimbi, lan Dewi Urangayu. Saka bebrayan mau banjur dikaruniai putra kang asma Raden Antareja, Raden Gatotkaca, lan Raden Antasena. 3. Arjuna Putra panengahe Pandhawa Lima yaiku Raden Arjuna satriya ing Madukara. Raden Arjuna kondang amargi Gagah, arupa bagus lan pinter manah. Jeneng liyane Raden Arjuna yaiku Radèn Janaka, Radèn Premadi, Radèn Pamade, Radèn Dananjaya, lan Radèn Pandhutanaya. Raden Arjuna misuwur kathah garwa ingkang ayu-ayu, yaiku Dewi Wara Sembadra, Wara Srikandi, Dewi Larasati, Batari Supraba, Batari Dresanala, Dewi Sulastri, Dewi Ulupi, Dewi Purnamasidi, Dewi Gandakusuma, lan Dewi Manohara. Raden Arjuna misuwur kasekten lan pikantuk pusaka saking para dewa. Pusaka kang misuwur yaiku keris Pulanggeni, panah Pasopati lakon Begawan Mintaraga, lan panah Sarotama. Para Dewa uga maringi peparing wahyu kayata Wahyu Makutharama lan Wahyu Tohjali. Sanadyan mung bisa ngrebut warangka pusaka warangka kang aran Kontajayawindanu saka tangane Raden Suryaatmaja, cukup Raden Arjuna ngethok tali puser ponakane Raden Gatotkaca nalika lair. Nalika perang Baratayudha, Raden Arjuna dadi senopati panglima perang sing kuwat banget sing bisa mateni akeh Korawa kalebu Prabu Karna, lawan senopati sing uga adhine Pandhawa amarga ibune padha karo ibune Arjuna. Sadurunge krama karo bapake Arjuna, Dewi Kunti wis duwe anak lanang saka hubungane karo Batara Surya. Ananging proses lairipun Karna mboten limrah amargi saking kupingipun Dewi Kunti tetep prawan ngantos krama kaliyan manungsa, putra-putrinipun Raden Arjuna inggih menika Raden Abimanyu, Raden Irawan, Raden Wisanggeni, Bambang Irawan, Raden Bratalaras, Bambang Manonmanonton, Bambang Priambada, Dewi Pregiwa, Dewi Nakula Ing keluarga Pandhawa ana loro sedulur kembar sing wujude wayang padha persis, yaiku Nakula lan Sadewa. Raden Nakula iku satriya saka tanah Sawo Jajar. Nduweni jeneng liya Tripala utawa Raden Pinten. Garwane jenenge Dewi Soka. Pasangan iki duwe anak jenenge Dewi Pramati lan Bambang Pramusinta. 5. Sadewa Raden Sadewa iku sedulur kembar Raden Nakula. Kekarone putrane Prabu Pandhudewanata & Dewi Madrim. Nalika isih cilik, dheweke diparingi jejuluk Raden Darmaganti utawa Raden Tangsen. Kuwasa utawa dadi satriya ing tlatah Wukir Ratawu. Dheweke duwe garwa jenenge Dewi Padapa. Saka bebrayan mau banjur dikaruniai putra, yaiku Raden Sabekti & Raden Dewakusuma. Ing lakon pewayangan Sudamala dicritakake yen Raden Sadewa nduweni peran kanggo mbalekake Batari Durga ratu para demit menyang wujud asline minangka bidadari ayu Dewi diatas merupakan cerita Wyang Pandhawa Lima yang menggunakan bahasa jawa dialek jawa ngoko. untuk arti dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikutPandhawa Lima Pandawa Lima adalah anak keturunan dari Prabu Pandu Dewanata Ratu di Ngastina. Prabu Pandu Dewanata memiliki dua istri, Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Prabu Pandu dan Dewi Kunthi memiliki tiga orang putra, yaitu Puntadewa Yudistira, Werkudara Bratasena, dan Janaka Permadi. Prabu Pandu dan Dewi Madrim memiliki anak kembar yaitu Nakula R. Pingten dan Sadewa R. Tangsen Ketika Pandawa Lima masih muda, Prabu Pandu dan Dewi Madrim meninggal. Pandawa kemudian diasuh oleh Dewi Kunthi. Dewi Kunthi sabar, jujur, adil, penyayang terhadap orang lain. Jadi meskipun Nakula dan Sadewa hanyalah anak tiri, namun keduanya diperlakukan seperti anak sendiri dan tidak Puntadewa Raja Puntadewa atau Yudistira adalah putra pertama Pandawa Lima. Setelah dewasa, Puntadewa menjadi ratu Ngamarta. Puntadewa terkenal memiliki darah putih, artinya ia memiliki karakter yang sangat sabar. Raja Puntadewa tidak bisa marah dan tidak bisa perang. Puntadewa memiliki warisan berupa kitab yang diberi judul Jamus Kalimasada. Kekuatan warisan adalah untuk menjaga perdamaian dan keamanan negara dan seisinya. Istri Raja Puntadewa bernama Dewi Drupadi. Raja Puntadewa dan Dewi Drupadi memiliki seorang putra bernama Raden Werkudara Putra kedua Pandawa Lima adalah Raden Werkudara atau Bima. Werkudara memiliki tubuh yang besar, kuat, dan bertenaga. Raden Werkudara menjadi ksatria di Jodhipati Njadipati atau tunggul Pemenang. Ia juga dikenal jujur dan lugas dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Nama lain dari Raden Werkudara adalah Raden Bima, Raden Bratasena, Raden Bayusutha, dan Gundawastraatmaja. Warisannya yang luar biasa adalah Paku Pancanaka, Gada Rujakpolo, dan Gada Lambitamuka. Istri Raden Werkudara bernama Dewi Nagagini, Dewi Arimbi, dan Dewi Urangayu. Dari pernikahan tersebut ia dikaruniai seorang putra bernama Raden Antareja, Raden Gatotkaca, dan Raden Antasena3. Arjuna Putra tengah Pandawa Lima adalah Raden Arjuna seorang ksatria Madukara. Raden Arjuna dikenal karena keberaniannya, ketampanannya, dan mahir memanah. Nama lain dari Raden Arjuna adalah Raden Janaka, Raden Premadi, Raden Pamade, Raden Dananjaya, dan Raden Pandhutanaya. Raden Arjuna terkenal dengan banyak istrinya yang cantik-cantik, yaitu Dewi Wara Sembadra, Wara Srikandi, Dewi Larasati, Batari Supraba, Batari Dresanala, Dewi Sulastri, Dewi Ulupi, Dewi Purnamasidi, Dewi Gandakusuma, dan Dewi Manohara. Raden Arjuna terkenal dengan kesaktiannya dan diwarisi dari para dewa. Pusaka yang terkenal adalah keris Pulanggeni, panah Pasopati diperankan oleh Begawan Mintaraga, dan panah Sarotama. Para Dewa juga memberikan hadiah wahyu seperti Wahyu Makutharama dan Wahyu Tohjali. Meski hanya mampu merebut warangka warangka warisan yang disebut Kontajayawindanu dari tangan Raden Suryaatmaja, namun cukup bagi Raden Arjuna untuk memotong tali pusar keponakannya Raden Gatotkaca saat lahir. Selama pertempuran Baratayudha, Raden Arjuna menjadi senopati panglima perang yang sangat sakti yang bisa membunuh banyak Korawa termasuk Raja Karna, lawan senopati yang juga saudara Pandawa karena ibunya sama dengan ibu Arjuna. Sebelum menikah dengan ayah Arjuna, Dewi Kunti telah memiliki seorang putra dari hubungannya dengan Batara Surya. Namun proses kelahiran Karna tidak normal karena dari telinga Dewi Kunti tetap perawan sampai menikah dengan manusia, putra-putra Raden Arjuna adalah Raden Abimanyu, Raden Irawan, Raden Wisanggeni, Bambang Irawan, Raden Bratalaras, Bambang Manonmanonton, Bambang Priambada , Dewi Pregiwa, Dewi Nakula Dalam keluarga Pandawa terdapat dua saudara kembar yang merupakan tokoh yang sama persis, yaitu Nakula dan Sadewa. Raden Nakula adalah seorang ksatria dari negeri Sawo Jajar. Memiliki nama lain Tripala atau Raden Pinten. Nama istrinya adalah Dewi Soka. Pasangan ini memiliki anak bernama Dewi Pramati dan Bambang Pramusinta. 5. Sadewa Raden Sadewa adalah saudara kembar dari Raden Nakula. Keduanya adalah putra dari Prabu Pandhudewanata & Dewi Madrim. Sebagai seorang anak, ia diberi julukan Raden Darmaganti atau Raden Tangsen. Kekuasaan atau menjadi ksatria di daerah Wukir Ratawu. Ia memiliki seorang istri bernama Dewi Padapa. Dari pasangan tersebut dikaruniai seorang putra, yaitu Raden Sabekti & Raden Dewakusuma. Dalam lakon wayang Sudamala diceritakan bahwa Raden Sadewa memiliki peran untuk mengembalikan Batari Durga ratu setan ke wujud aslinya sebagai bidadari cantik Dewi Uma.
Kacariyos ing kasatriyan Jodhipati, Raden Werkudara judheg penggalihipun awit puseripun Raden Gathutkaca mbadal saking saliring dedamel. Najan kukunipun ingkang rama, inggih punika kuku pancanaka ingkang kondhang landhepipun pitung penyukur, meksa boten tedhas kangge ngethok puseripun Raden Gathutkaca. Raden Werkudara lajeng minta sraya dhateng raka prabu ing Dwarawati inggih punika Sri Bathara Kresna, paranparaning kadang Kresna boten kekilapan, lajeng utusan Raden Harjuna kinen ngampil sanjata Kuntawijayadanu dhateng kahyangan Jonggringsaloka. Geganjangan Raden Harjuna lajeng bidhal dhateng khayangan Jonggringsaloka. Raden Harjuna rumaos kuciwa, awit Jawata sampun kalajeng maringaken sanjata Kunta dhateng Raden Suryaputra ingkang sowan langkung rumiyin. Raden Harjuna enggal- enggal nyuwun pamit, nungka lampahipun Raden Suryaputra. Wonten ing margi saged pinanggih kaliyan Raden Suryaputra. Sanjata Kunta kasuwun dening Raden Harjuna ananging Raden Suryaputra boten angulungaken. Ing wasana dados pancakara rame sanget. Wekasanipun sanjata Kunta saged karebat dening Raden Harjuna. Raden Harjuna lajeng gegencangan kondur dhateng kasatriyan ing kasatriyan Jhodipati sanjata Kunta lajeng kaaturaken Prabu Kresna. Sadaya sami kaget, awit ingkang kenging karebat jebul naming warangkanipun kemawon. Sri Bathara Kresna lajeng paring dhawuh dhateng Raden Werkudara. “Dimas Sena, aja cilik atimu Yayi! Kersaning dewa pancen kudu ngono kuwi, najan iku mung wujud warangka, nanging bias mrantasi. Mara age tamakna menyang pusering putramu Yayi! Sing waspada ya Dhi!”Dupi tampi dhawuhanipun ingkang raka Prabu Sri Bathara Kresna, Raden Wrekudara Boten tidha- tidha malih. Warangka lajeng katamakaken ing pusering jabang bayi. Sanalika puser pedhot, ari- ari musna, nanging warangka sirna manjing ing pusering jabang bayi. Raden Werkudara bingung lajeng ngendika, “Jlitheng Kakangku! Iki kepriye! Sida mati tenan jabang bayi iki mengko! Ijole kowe, heeee!”Dhasar Prabu Kresna pangayomaning titah sabumi, boten badhe kekilapan dhateng sadaya lelampahan. Pangandikanipun alon. “Sareh, sareh Yayi! Pun kakang ora maido menawa sliramu padha bingung lan kodheng. Coba padha mirangna kandhaku ya, Dhi! Lelakon iki pancen wis dadi kersaning Jawata. Wis ginaris Manawa warangka iku kudu musna manjing ing pusering putramu, sartaiku dadi sifat kandele. Nanging wanti- wantine pun Kakang ya, Yayi! Mbisuk lamun ana curiga ngupadi warangka, si Adhi kudu waspada, putramu singitna ya, Dhi!”Pangandikahipun Sri Batara Kresna adamel cumeplongipun Raden Wrekudara dalah kadang Pandhawa sadaya. Kala samanten jawata ugi lajeng rawuh mertakaken ponang jabang bayi ingkang ngantos nuwuhaken gara- gara punika. Saking kaparengipun Jawata, jabang bayi dipunasta dhateng kahyangan. Wonten kahyangan jabang bayi punika dipundadosi. Ingkang suwau arupi denawa, sareng dipundadosi malih dados satriya bagus sekti salajenganipun Raden Gathutkaca dipunminta sraya dening Jawata, kinen numpes parangmuka saking praja Maimantaka ingkang dipunpandhegani prabu Kala Pracona saha Patih Kala Sekipu ingkang nedya ngobrak- abrik kahyangan Jonggringsaloka. Radhen Gathutkaca unggul juritipun. Prabu Kala pracona dalah patih kala Sekipu pejah dening Raden Gathutkaca. Dene wedyabalanipun sami bubar purna dados srayaning Jawata, Raden Gathutkaca lajeng kawangsulaken dhateng kasatriyan Jodhipati, kapasrahaken dumateng rama lan ibunipun inggih punika Raden Wrekudara dalah Dewi Arimbi. Sadaya Para Pandhawa dalah Prabu Sri Bathara Kresna sami suka- suka lajeng bojana andrawina.
Dasanamane atau nama lain dari Raden Janaka ada sekitar 16 nama. Raden Janaka merupakan tokoh wayang yang sangat popular dari golongan kesatriya. Raden Janaka merupakan kesatriya ing madukara. Selain itu Raden Janaka juga mempuyai senjata dalam cerita pewayangan salah satunya adalah cundamanik selain ini gaman lainya ada panah pasoepati, Raden Janaka juga dikisahkan merupakan ahli di bidang dibawah ini gamane Raden Janaka Gandewa gaman Pemberian Bathara IndraPanah Ardadadali Gaman Pemberian Bathara kuweraCundamanik pemberian bathara naradraPanah PasoepatiPanah Sangkalu Pemberian Resi DurnaPanah CandranilaKeris Kyai SarotamaKeris Kyai BarunaKeris PulanggeniTerompet DewanataCupu jayengkatonCincin mustikaRaden Janaka juga kita kenal sebagai Arjuna yang merupakan anak ketiga dari pasangan Prabu Pandu Dewanata dengan Dewi Kunti. Karena mempunyai istri yang banyak dan diidolakan banyak perempuan raden janaka mempunyau julukan sebagai "Lanange Jagad" tapi istriutama raden janaka adalah dewi Subadra putri kerajaan mandura Raden Janaka merupakan tokoh pewayangan yang suka berkelana kemana-mana dan juga merupakan seorang pertapa. Dari berkelana itulah raden janaka bisa mempunyai banyak nama. Dan berikut dasanamaneatau nama lain raden janakaDasanamane atau nama lain Raden
cerita raden janaka bahasa jawa