Lalukeningnya ku kecup, badannya makin melemah, perlahan-lahan kedua mulut kami bertemu. Awalnya Risma tidak bereaksi ketika bibirnya aku kecup, tetapi tidak lama kemudian dia mulai memberi respon, ikut menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Demikian lah Cerita Panas indonesia Cerita Seks Menikmati Istri Tetangga oleh Cerita sex hot
PREDIKSIBOLA TERBAIK. itulah yang membuatku menjadi binal ketagihan selingkuh karena aku jarang sekali merasakan kenikmatan. Aku memiliki postur tubuh yang Sexy dan Semok, Toketku berukuran 36B Sintal, Bokong bulat padat, pinggul lebar. Suatu siang hari aku sedang menyapu halaman rumah, lalu ada tetanggaku yang memang berpenampilan menawan dan
Namagw Boni,umur gw baru 22thn dan gw mahasiswa PTS di jakarta. gw punya tetangga namanya ibu Anis , ibu 3 anak dan seorang suami,kira-kira umurnya 38-an lah tapi body masih kenceng karna doi ikut senam di perumahan tmpt gw ngontrak. Dari smnjak gw ngontrak disitu,gw emg udh ckup akrab sm bu Anis itu krna gw sering beli pulsa ke doi.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Dok. Cerita ini hanyalah karangan semata. Bila ada kesamaan nama, waktu, tempat, profesi, dan cerita itu bukan merupakan lulus kuliah aku memutuskan untuk membangun sebuah wedding organizer WO bersama dengan dua temanku. Tiga tahun aku menjalani dua profesi sekaligus, sebagai WO dan pegawai di sebuah perusahaan swasta. Pasang surut kami jalani hingga aku hampir ditipu oleh salah satu klien. Beruntung itu tidak terjadi karena uang yang dikeluarkan sudah ratusan juta. Akan tetapi, dari kejadian itu aku bertemu dengan seorang laki-laki yang dengan sigap membantu aku saat berada di sebuah hotel berbintang. Klienku lari karena kekasihnya membatalkan pernikahan begitu saja saat ia sudah siap menjadi pengantin. Lelaki ini adalah seorang pegawai hotel, saat itu ia membantuku menghentikan pengantin yang sudah lari di lobby. Ternyata keluarganya juga mendukung aksinya itu dan sudah menunggu di mobil. Lelaki itu menghentikan pengantin dan segera memanggil satpam, aku yang panik menemukan kamar hotel kosong langsung berlari ke lobby hotel. Di sana pengantin itu sudah ditahan oleh dua satpam dan berjanji akan membayar, tetapi lelaki tadi menyarankan untuk dibawa ke kantor polisi. Akhirnya, keluarga pengantin itu datang dan melunasi semuanya sehingga tidak ada insiden yang perlu terbawa hingga ke ranah hukum. Aku berterima kasih pada lelaki tadi karena memiliki insting yang cukup kuat tentang hal itu. Seiring berjalannya waktu, banyak klien yang meminta untuk menikah di sebuah hotel dan beberapa kali tempat itu terpilih oleh mereka. Karena terlalu sering aku datang ke hotel itu, aku cukup kenal dan akrab dengan karyawan di sana, terutama lelaki yang pernah menolongku. Kami banyak bercerita selagi menunggu dekorasi pernikahan dibuat bahkan ia pernah menungguku hingga larut meski jam kerjanya sudah selesai. Singkat cerita, kami bertukar nomor telepon dan sering berkomunikasi. Lelaki itu sering menjadi mata kedua’-ku untuk memastikan dekorasi yang dipasang sudah selesai atau belum. Setelah sering berkomunikasi, dua tahun mengenal kami memutuskan untuk menjalin asmara. Aku cukup nyaman saat membicarakan banyak hal dengannya, menurutku perbincangan kami satu frekuensi meski berbeda profesi. Ia cukup terbuka pada banyak hal dan aku sering belajar hal baru di luar WO juga profesiku. Pasang surut hubungan, pastilah kami jalani tetapi dengan ikhlas kami menerima semua kekurangan pasangan masing-masing. Dua tahun berpacaran kami memutuskan untuk menikah, selain usiaku yang sudah sangat matang, kami juga tidak ingin terlalu lama berpacaran. Kedua orang tua kami setuju, kemudian melangsungkan pernikahan di hotel tempat ia bekerja. Ia mendapat potongan setengah harga untuk menyewa ballroom di sana dan untuk WO aku menggunakan milikku sendiri sehingga biaya pernikahan kami bisa sangat ditekan meski terlihat mewah. Setelah menikah kami memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah yang sudah dibeli oleh orang tuaku, beberapa bulan setelahnya ia ingin bekerja di kapal pesiar. Keinginan itu akhirnya sampai ke telinga kedua orang tuaku, mereka bersedia membayarkan semua keperluan suamiku untuk bekerja di sana. Selagi ia menjalankan tes dan menyiapkan berbagai macam hal, aku merasa tidak enak badan kemudian ibuku menyuruh untuk di tes kehamilan. Hasilnya positif, kami berdua bahagia sekali sekaligus sedih karena selama kehamilan bahkan hingga anak ini lahir, ia tidak ada di sampingku. Kedua orang tuaku meyakinkan kalau ini semua demi kebaikan anak kami. Tak lama dari berita bahagia itu, suamiku diizinkan berangkat untuk bekerja di kapal pesiar dengan berat hati aku melepasnya. Tiga tahun ia tidak kembali, anak kami sudah mulai besar dan mengerti banyak hal, kepulangannya yang mendadak saat itu membuatku girang sekali. Aku tidak menyangka ia akan kembali tanpa memberi kabar. Kepulangannya membawa kabar gembira karena ia tidak ingin di kapal pesiar lagi dan memilih untuk bekerja di sebuah restoran. Dua bulan setelah ia kembali, ia mendapat panggilan kerja di sebuah restoran Jepang dan ternyata ia dipercaya untuk memegang jabatan sebagai manajer di sana. Dari sanalah semua awal perselingkuhan itu karena ia merasa sudah mampu memegang jabatan tinggi dan otomatis penghasilannya pun besar ia mulai ada main’ dengan bawahannya. Selama ia berselingkuh aku menepis semua rasa curiga, aku berusaha percaya seutuhnya kepada suamiku. Sampai suatu malam aku menemukan sebuah struk belanja hingga jutaan rupiah. Struk itu berisi tas wanita tetapi ia tidak pernah membelikanku yang semacam itu. Kecurigaanku mulai menajam, aku bertanya pada suamiku keesokan harinya dan ia menjawab kalau itu milik klien restoran. Klien itu meminta disiapkan hadiah untuk kekasihnya karena mereka sedang merayakan hari percaya aku padanya, memang sih di restoran sering kali ada pengunjung yang meminta disiapkan banyak hal untuk memberi kejutan pada seseorang. Aku menelan bulat-bulat semua kecurigaanku dan berusaha kembali percaya padanya. Dua bulan dari kejadian itu, teman sekolahku keterima di restoran tempat suamiku bekerja. Saat itu, ia sering bertemu dengan suamiku saat berada di dapur. Beberapa bulan di sana, ia mengatakan kepadaku kalau suamiku ada main’ dengan karyawan di sana karena sering menghampiri satu wanita yang sama. Aku merasa bersalah waktu menemukan struk belanja itu kemudian aku berpikir “mungkin itu hanya sekadar urusan pekerjaan.”Berulang kali temanku memeringati tentang suami yang selalu pulang bersama dengan karyawannya. “Cewek yang dia datangi itu selalu sama dan kelihatan sangat mesra sekali, hati-hati lo coba dicari tahu gimana suami lo sama tuh cewek” sarannya kepadaku. Selama dua tahun temanku selalu mengatakan hal yang sama dan aku tetap berusaha untuk percaya padanya “tidak mungkin ia mengkhianatiku, ia pasti ingat perjuangan keluargaku memberinya pendidikan hingga ia bekerja di kapal pesiar dulu” pikirku. Namun, ternyata ucapan temanku selama ini benar adanya. Hari itu aku menemukan struk kartu kredit dari sebuah hotel berbintang “pantas saja ia sering tidak pulang dengan beragam alasan!” Batinku. Aku langsung menaruh struk itu di depan wajahnya, ia terlihat sangat terkejut dan meminta maaf padaku bertubi-tubi. Mendengar penjelasannya aku hanya bisa menangis, saat itu anakku sudah tidur dan ia sedang berada di ruang televisi. Ia berjanji tidak akan mengulangi hal itu lagi, ia ingin pernikahan denganku berhasil dan bersama-sama membesarkan anak kami. Aku memintanya keluar dari restoran itu dan pindah ke tempat kerja lain, ia pun menyanggupinya. Tiga bulan kemudian, ia resmi keluar dari restoran itu dan langsung keterima bekerja di sebuah hotel berbintang menjadi manajer. Aku cukup tenang ia tidak bertemu dengan wanita itu lagi karena semua akses komunikasi mereka sudah aku putus. Dua tahun ia bekerja sebagai manajer hotel, ia selalu pulang ke rumah dan tidak ada kebiasaan aneh yang ditunjukkan. Meski begitu, lagi-lagi firasatku kalau ia berselingkuh muncul kembali. Kali ini aku tidak sepercaya dulu, aku ingin ada di hotel tempat ia bekerja secara diam-diam. Kebetulan rekan-rekan kerjanya belum pernah melihat dengan jelas bagaimana rupaku. Saat pergi ke sana, aku menitipkan anakku di rumah orang tuaku. Aku datang layaknya tamu biasa, aku menggunakan kartu pengenal teman yang wajahnya mirip denganku. Aku berusaha untuk berpakaian berbeda dari biasanya agar tidak dikenali oleh suamiku. Ketika masuk ke sebuah kamar, aku hanya menaruh tasku dan kembali turun untuk ke restoran. Aku memerhatikan suamiku berjalan mengecek pekerjaan bawahannya sampai ia menggoda seorang wanita secara diam-diam di saat lobby hotel sepi tamu. Aku ikuti ke mana suamiku pergi dengan masuk ke dalam lift yang sama dengannya. Beruntung aku tidak masuk seorang diri, banyak tamu lain yang ikut masuk ke dalam lift sehingga ia tidak memerhatikan satu per satu. Aku melihatnya turun di lantai 15, aku mengikutinya dan melihat ia memasuki satu kamar. Di dalamnya sudah ada wanita yang tadi ia goda dengan menggunakan baju seksi. Wanita itu terlihat sangat muda, aku melihatnya mencium wanita itu dan kemudian masuk ke dalam kamar hotel. Saat itu sudah malam, aku memutuskan untuk kembali ke kamar hotelku dan menangis. Ia sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi tetapi ternyata itu semua hanyalah kebohongan yang lain. Akhirnya aku menelepon resepsionis dan meminta untuk bertemu dengan manajer yang tidak lain adalah suamiku. Permintaanku disanggupi karena memang saat itu masih jam kerjanya. Aku menunggu sekitar 30 menit di dalam kamar sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu, aku mengeceknya dari lubang kecil di tengah pintu. “Benar itu dia” batinku. Sebelum membuka pintu, aku sudah menyiapkan mental akan bersikap seperti apa. Aku membukanya sambil menyembunyikan wajahku di balik pintu dan ketika ia sudah masuk ke dalam kamarku dengan prosedur yang ditetapkan, aku pun berbalik. Betapa terkejut dan kikuknya ia saat melihat aku sudah berdiri dihadapannya. “Sejak kapan kamu di sini? Kok kamu tidak memberitahu aku” katanya sambil berusaha memelukku, aku tepis tangannya “bagaimana rasanya daun muda itu? Enak?” Tanyaku. Ia terlihat sangat kikuk dan bingung menjawab itu, tidak hanya ia yang aku minta datang ke kamarku tetapi juga wanita yang kutahu namanya dari seorang karyawan hotel. Tak lama ia pun mengetuk pintu dan aku membukanya, betapa terkejutnya mereka dimasukkan ke dalam ruangan yang sama. Terlihat sekali wanita itu sangat malu. Aku meminta suamiku untuk duduk sedangkan aku berbicara dengan wanita itu. Dari sana aku tahu kalau umurnya baru menginjak 18 tahun dan sudah menikah secara siri oleh suamiku. Mereka memiliki satu anak laki-laki yang sekarang tinggal bersamanya. Mendengar semua informasi itu membuat dadaku sesak. Ingin sekali aku tampar wajah wanita itu, tetapi aku tahu yang sebenarnya jahat adalah suamiku. Ia bilang pada wanita itu kalau hubungan kami sudah tidak baik dan aku tidak bisa memiliki anak. Aku menyuruh wanita itu untuk duduk di kasur dan sekarang aku bertanya pada suamiku. “Apa alasan kamu mengatakan semua itu padanya? Kalau ingin bercerai kenapa tidak bilang saja dari perselingkuhanmu yang pertama?” tanyaku. Wanita itu terkejut karena tahu kalau suamiku sudah pernah berselingkuh sebelumnya. Ia bukanlah orang pertama yang menjadi selingkuhannya tetapi ia menjadi wanita paling dirugikan karena sampai memiliki anak. Saat itu istri mudanya yang mengamuk dan meminta cerai dari suamiku. Aku pun memberikan pilihan yang sama. Ia sangat kesal dan marah padaku tetapi ia tidak bisa melampiaskannya. Akhirnya ia menceraikan istri mudanya dihadapanku dan tidak mau berpisah denganku. Setelah diceraikan, istri muda itu pamit keluar dari kamarku. Aku mempersilahkannya, sedangkan suamiku ia kembali meminta maaf sampai bertekuk lutut. Aku kemudian berdiri dan mengambil ponselku. Menghubungi orang tua dan mertuaku. Kali ini mertuaku yang histeris karena orang tuaku sudah menyangka ia akan mengulanginya kembali. Setelah menghubungi mereka, aku mengambil tasku dan pergi ke luar. Aku segera check out dari hotel itu dan kembali ke rumah orang tuaku. Menidurkan anakku lalu membahas masalah ini dengan mereka. Suamiku datang ke rumah orang tuaku dengan sangat kacau, rupanya wanita yang menjadi mantan istri mudanya tadi melaporkannya ke perusahaan. Entah apa hubungannya dengan hubungan mereka. Belakangan aku tahu kalau karyawan yang menggunakan kamar hotel tanpa seizin perusahaan itu dilarang dan wanita itu mengakui kesalahannya dengan membawa suamiku. Akhirnya, hari itu mereka berdua dikeluarkan dari hotel tersebut. Ia meminta maaf padaku dan kedua orang tuaku tetapi permintaan maafnya ditinggalkan begitu saja oleh mereka. Sedangkan aku masih terduduk dan memandangnya dengan sangat marah. Aku mendorongnya keluar dari rumah kedua orang tuaku dan kemudian mengunci pintu. Ia tidak berani mengetuk pintu terlalu kencang karena aku sudah mengancam akan membawanya ke jalur hukum. Singkatnya setelah malam itu aku memutuskan untuk memaafkan karena anakku selalu menangis meminta bertemu dengan ayahnya. Suamiku kembali menjadi manajer di sebuah restoran. Kali ini aku memegang nomor atasannya dan menyadap ponselnya. Ia tidak tahu hal itu karena semuanya aku sembunyikan dengan sangat rapi. Setelah tiga tahun bekerja di sana, ada seorang wanita yang selalu mengirimkan teks mesra padanya. Aku sudah kembali curiga namun kali ini, aku tidak akan menghampiri dia seperti sebelumnya. Aku sedang mengumpulkan bukti untuk menceraikannya agar ia tidak bisa beralasan saat di persidangan nanti. Dugaanku benar, ia kembali berselingkuh dengan sesama manajer. Dua hari kemudian aku pergi ke pengadilan agama dan menggugat cerai dirinya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau aku menceraikannya hingga ada surat panggilan sidang datang ke rumah kami. Saat itu aku sedang tidak di rumah, ia meneleponku berulang kali tetapi tidak aku angkat. Aku sudah tahu kalau surat itu akan sampai ke rumah dan menebak bagaimana reaksinya. Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar dan mengeluarkan semua bajunya. Aku sudah tidak mau tidur berdua dengannya. Aku mengajak anakku untuk tidur bersamaku. Ia terlihat sedang berpikir keras, entah apa yang sedang ia pikirkan. Sidang demi sidang kami jalani sampai akhirnya aku tahu kalau yang ia pikirkan saat itu adalah bagaimana caranya menguasai semua hartaku. Ia meminta rumah yang sedang aku tinggali bersama anak kami. Ia menganggap kalau itu adalah hartanya juga karena katanya dibeli setelah kami menikah. Padahal rumah itu pemberian orang tuaku dan dibeli setahun sebelum kami menikah, akhirnya pengadilan memutuskan kalau itu tidak termasuk harta yang bisa diperebutkan. Hak asuh juga murni jatuh ke tanganku. Ia tidak mendapatkan apa pun dari pernikahan kami dan ia sangat mengancam tentang hal itu. Rupanya selama ini ia tidak ingin bercerai bukan karena aku atau anak kami melainkan tentang harta yang aku miliki. Ke mana saja aku selama 10 tahun pernikahan dan baru menyadari setelah tiga kali diselingkuhi.
Cerita Dewasa Istri Tetangga Yang Bohay - Kisah panas yang satu ini merupakan cerpen 17+ tentang perselingkuhan dengan istri tetangga yang jarang dikasih jatah suaminya. Met membaca cerita panas ini dan salam crott. Cerita Dewasa Istri Tetangga Yang Bohay Kenalkan nama saya, Anis. Usia 38 tahun, tinggi 150 cm dan berat badan 60 kg, warna kulit coklat kehitaman serta rambut lurus. Sekitar 40 hari yang lalu, tepatnya di hari minggu sekitar jam subuh. Aku keluar rumah untuk olah raga atau berlari subuh sebagaimana yang kulakukan setiap hari minggu subuh. Namun, kali ini lari subuh yang kulakukan sangat bermakna, sebab aku ditemani oleh seorang tetangga dekat. Sebut saja namanya "Dirga". Dia adalah istri sah orang lain yang sudah memiliki 2 orang anak, tapi penampilannya masih cukup menarik. Kulitnya mulus, putih dan tubuhnya langsing. Ketika aku keluar melewati pintu pagar, secara samar-samar aku melihat sesosok tubuh dengan kaos warna hitam melekat di tubuhnya serta celana setengah panjang tergantung di atas lututnya membuka pintu rumahnya lalu mengikutiku. Aku tetap saja jalan agak cepat dan berpura-pura tidak memperhatikannya, tapi saat aku memasuki sebuah lorong, iapun semakin dekat di belakangku. Aku sangat yakin kalau Dirga sengaja mengejarku untuk berlari subuh bersama. "Pak, tunggu Pak" panggilnya dari belakang, tapi aku tetap berlari, tapi sengaja kukurangi kecepatannya agar ia bisa lebih dekat denganku. "Pak Nis, tunggu donk Pak, aku capek nih, kita sama-sama aja" teriaknya dengan suara yang tidak terlalu keras. Setelah kudengar nafasnya terengah-engah karena jaraknya sudah semakin dekat denganku, mungkin sekitar 10 meter di belakangku, aku lalu berhenti menunggunya, sebab kedengarannya ia capek sekali. "Ada apa Bu, kenapa ibu mengejarku?" tanyaku sambil berhenti. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya mengejar bapak agar kita bisa lari bersama, biar lebih santai dan kita bisa sambil ngobrol" katanya dengan nafas terputus-putus karena kecapean. Setelah Dirga berada di samping kiriku, kami lalu lari bersama, tapi kali ini tidak terlalu kencang, bahkan terkesan lari-lari kecil, yang penting tubuh kami bisa bergerak-gerak sehingga terkesan berolahraga pagi. "Ngomong-omong, apa ibu juga secara rutin lari subuh setiap hari minggu?" tanyaku pada Dirga sambil berlari kecil. "Nggak kok, cuma kebetulan kudengar pintu rumah bapak terbuka dan kulihat bapak keluar berpakaian olah raga, sehingga tiba-tiba aku juga tertarik untuk menyegarkan tubuh dan menghirup udara subuh" jawabnya. "Kenapa Nggak sekalian keluar sama suami ibu atau anak-anak ibu?" tanyaku lagi sambil tetap berlari. "Anu Pak, suami saya itu baru saja pulang dari jaga malam, maklum kerjaan satpam jarang sekali bermalam di rumah" jawabnya santai. Kebetulan suami Dirga tugas malam sebagai satpam pada salah satu perusahaan swasta di kota kami. Mendengar ucapan Dirga itu, aku jadi terpancing untuk bertanya lebih jauh tentang kehidupan rumah tangganya. Apalagi kami sudah sering bicara humor. Aku sangat paham kalau Dirga orangnya terbuka, lugu dan sedikit genit. Aku merasa berpeluang besar untuk bertanya lebih banyak padanya soal hubungannya dengan suaminya. "Maaf Bu, kalau aku terlalu jauh bertanya. Jadi kedua anak ibu itu dicetak pada siang hari semua donk, sebab suami ibu jarang berada di rumah pada malam hari," kata saya pada Dirga, namun ia tetap tidak tersinggung, bahkan nampaknya ia tetap bersikap biasa-biasa saja. "Bukan pada siang hari Pak, tapi pada subuh dan pago hari, sebab biasanya suami saya pulang pada subuh hari dan langsung saja mengambil jata malamnya, apalagi dalam keadaan ia haus," katanya santai. Setelah capek, kami beristirahat sejenak di atas jembatan sambil bersandar di pagar besi jembatan. Kebetulan di atas jembatan itu, banyak orang sedang ngobrol dan membahas masalahnya masing-masing. "Bu Dir, kalau begitu waktu anda berhubungan dengan suami anda selalu singkat dan dilakukan secara terburu-buru, sebab anak-anak anda sudah mulai bangun, lagi pula suami anda sangat ngantuk" pancingku padanya. "Yah begutulah kebiasaan kami, lalu mau apa lagi jika memang waktunya yang paling tepat hanya saat itu. Sebab di siang hari, anak-anak kami pada berkeliaran dalam rumah dan tamu-tamupun yang datang harus disambut" katanya serius, tapi tetap santai. "Kalau begitu anda tidak pernah menikmati hubungan suami istri yang sebenarnya sebagaimana layaknya suami istri" pancingku lagi. "Kok kenapa tidak, kami merasa sama-sama menikmatinya. Buktinya kami punya dua orang anak" katanya serius sekali sambil memandangiku. Tanpa berhenti bicara, kami lalu berjalan lagi memutar ke jalan menuju rumah kami kembali. Aku coba memikirkan apa lagi yang dapat kutanyakan pada Dirga mengenai hubungannya dengan suaminya. Ini kesempatan emas bagiku untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang kehidupannya di atas ranjang bersama suami, sebab aku berniat membuat ia penasaran agar merasa membutuhkan sex lebih dari yang didapatkan dari suamianya. Aku sebenarnya ingin merangsang dia agar mau melakukan bersama denganku. "Bu Dir, sex itu sebenarnya melebihi dari apa yang anda lakukan bersama suami anda. Suami-Istri harus menikmati kepuasan berkali-kali minimal selama 3 jam tanpa sedikitpun rasa tergesa-gesa dan takut. Menerapkan berbagaimacam gaya dan posisi. Anda tentu tidak sempat menikmati semua itu khan?" jelas saya pada Dirga panjang lebar. "Oh yah, tapi bagaimana caranya jika suamiku tidak memungkinkan melakukan hal itu atau tidak mau melakukannya?" tanyanya serius. Nafas Dirga sangat keras kedengaran ketika ia selesai menanyakan hal itu, bahkan sempat memandangiku dengan penuh harap dan bergairah. "Sekiranya ada orang lain yang bersedia memberikan kenikmatan itu pada Ibu Dirga, apa ibu tidak keberatan menerimanya?" tanyaku lebih berani. "Orang lain siapa misalnya?" tanyanya sambil berhenti. "Sa.. Sa.. Saya misalnya. Maaf ini hanya sekedar misal Bu" jelasku sedikit khawatir kalau-kalau ia tersinggung dan memarahiku. "Be.. Betulkah ucapan bapak itu? Mana bapak mau sama saya" ucapannya. "Boleh saja terjadi jika memang hal itu sama-sama dibutuhkan, apalagi terhadap wanita cantik lagi muda seperti ibu Dirga ini" ucapku sambil tersenyum memandangi wajah ibu Dirga yang bertubuh langsing itu. "Ha.. Ha.. Ha, bisa aja bapak ini. Gombal ni yee" katanya terbahak. "Betul Bu. Aku serius. Aku tidak main-main nih.." kataku tegas. Mendengar ketegasanku itu, Ibu Dirga tersentak kaget dan tiba-tiba meraih tanganku lalu mengajakku berhenti di pinggir jalan. Sambil kami berhadap-hadapan dengan jarah sekitar 2 jengkal. Dirga lalu berkata "Bila ucapan bapak itu benar dan serius, akupun serius dan bersedia. Tapi bagaimana caranya Pak agar perbuatan kita lebih aman?" tanyanya. "Suamimu biasanya bangunnya jam berapa?" tanyaku lebih mengarah lagi. "Biasanya jam atau siang" jawabnya serikus sekali. "Kebetulan sekali istri dan anak-anakku mau pulang kampung membesuk keluarga. Mungkin jam sore baru balik. Bagaimana kalau ibu bilang sama anaka-anaknya bahwa ibu mau ke pasar, lalu ibu masuk ke rumahku?" tawaranku lebih lanjut. "Oke, tunggu saja Pak. Sebentar aku akan masuk dari pintu belakang rumah bapak biar tidak ada yang melihatku" katanya berbisik. Setelah kami sepakat, kami lalu berpisah dan lewat jalan yang berbeda agar tetangga tidak curiga pada kami, apalagi sudah jam menit. Hanya sekitar 5 menit setelah aku masuk ke rumah, pintu belakang rumah kelihatan terbuka dengan pelan. Ternyata Ibu Dirga menepati janjinya. Ia masuk dengan pelan tanpa mengganti pakaian yang dipakainya tadi. Hanya saja bau tubuhya terasa lebih harum menyengat di hidungku. "Bu, adakah yang melihat ibu ke sini?" tanyaku setelah aku menutup dan mengunci pintu depan dan belakang. "Tidak ada Pak. Suamiku masih tertidur nyenyak dan anak-anakku lagi main di luar dengan teman-temannya. Aku mengunci pintu dari luar" katanya sambil jalan menuju tempat tidurku. Setelah kami duduk berdampingan di pinggir tempat tidur, kami sempat bertatapan muka tanpa sepata katapun sejenak. Namun, karena kami sudah saling penasaran dan saling terbakar nafsu, maka kami lalu segera berbalik arah sehingga kami saling berhadap-hadapan dengan jarak yang dekat sekali. Karena dekatnya, maka nafas Dirga terasa menyapu hidungku yang membuat aku sedikit gemetar. "Ayo Bu kita mulai permainannya" pintaku sambil kuulurkan kedua tanganku untuk meraih kedua tangannya. "Terserah bapaklah. Aku turuti saja kemauan bapak" katanya sambil menatap wajahku. Mula-mula aku menyentuh kedua tangannya, lalu naik ke lengan, bahu, leher, pipi dan telinganya sampai mengelus-elus rambut dan dagunya. Dirga hanya diam menerima perlakuanku. Namun setelah kedua tanganku merangkul punggungnya dan mencium pipi dan bibirnya, iapun mulai bergerak membalasnya, sehingga kami saling berpagutan dan mengisap. "Boleh saya masukkan tanganku Bu?" tanyaku sambil menyelusupkan kedua tanganku masuk di balik kaos yang dipakainya dan secara perlahan menembus masuk di balik BH tipis yang dikenakannya. Dirga hanya mengangguk sambil merangkulku dengan keras dan merapatkan tubhnya di tubhku, sehingga terasa hangatnya di dadaku. "Boleh kubuka pakaiannya Bu?" tanyaku lagi setelah puas memainkan kedua payudaranya dari dalam pakaiannya. Ia lagi-lagi hanya mengangguk dan melonggarkan rangkulannya guna memudahkan aku melucuti pakaiannya. Setelah kaos dan BH yang dikenakannya semuanya terlepas dari tubuhnya, aku sejenak melepaskan rangkulan dan pagutan untuk memperhatikan indahnya bentuk tubuhnya yang telanjang, terutama kedua payudaranya yang tergantung di dadanya. Aku sempat terperangah ketika menyaksikan kedua payudaranya yang sangat putih dan mulus, bahkan ukurannya cukup sederhana dan masih keras seperti belum pernah terjamah saja. Maklum kedua anaknya tidak pernah menetekinya, sebab keduanya sejak lahir memang dibiasakan meminum air susu kaleng dengan botol. Setelah puas memandanginya, aku segera meraih kedua bukit kembarnya dan menyerangnya secara bergantian dengan mulutku. Kuhisap putingnya berkali-kali agar ia cepat terangsang. Dirga hanya bergelinjang dan berdesis. "Aduh, cepat buka Pak, aku sudah tidak tahan nih. Ayo Pak" pintanya berkali-kali, namun aku sengaja tidak peduli ucapannya. Bahkan aku semakin mempercepat isapanku pada teteknya, lehernya, pusarnya dan seluruh tubuh telanjangnya. "Ayo donk Pak, buka cepat pakaiannya, aku sudah tak tahan" pintanya lagi. Kali ini kubuka bajuku lalu celana panjang yang kupakai berlari tadi. Setelah tersisa hanya celana kolorku saja, aku lalu menurunkan celana setengah panjang yang dikenakannya, sehingga kami sama-sama setengah bugil. Kami saling berpelukan dan bergulingan di atas kasur sambil saling meraba seluruh tubuh. Setelah itu aku mengangkanginya, lalu menelanjanginya setelah menelanjangi diriku. Kini kami sudah sama-sama bugil tanpa sehelain benangpun menutupi tubuh kami. "Pak, ayo dong Pak. Masukkan cepat, aku sudah ingin sekali menikmatinya biar cepat selesai" bisiknya sambil menarik tubuhku lebih dekat ke arah kemaluannya. Aku patuhi permintaannya. Aku dengan mudah membuka kedua pahanya, sehingga nampak jelas kelentitnya yang mungil berwarna merah jambu muda. Terasa sedikit basah oleh cairan pelicin yang keluar dari sela-sela vaginanya. Bulu-bulu yang tumbuh di sekitarnya cukup tipis dan rapi seolah terawat dengan baik. "Tahan donk sayang, waktu kita masih panjang. Lagi pula kan aku akan tunjukkan semua permainanku yang belum pernah ibu rasakan" pintaku sambil meraba-raba dan sesekali menusuk-nusuk dengan telunjuk pada lubang yang sedikit menganga di antara kedua pahanya itu. "Boleh kucium dan kujilat inimu Bu?" tanyaku sambil mendekatkan kepalaku ke selangkangannya. "Terserah dech, tapi jangan lama-lama, sebab aku semakin tak tahan lagi" katanya pasrah. Dirga bergelinjang kuat. Pantatnya terangkat-angkat ketika aku menusuk-nusukkan lidahku ke lubang kemaluannya, apalagi saat aku menggigit-gigit kecil kelentitnya yang agak keras dan kenyal itu. Ia semakin berdesis dan setengah berteriak akibat perlauanku yang mengasyikkan itu. Ia sangat menikmatinya, bahkan menekan kepalaku lebih dalam lagi. "Boleh kumasukkan sekarang Bu?" tanyaku meski aku yakin ia sangat mendambakannya dari tadi. Secara berlahan tapi pasti, ujung kontolku mulai menyentuh kelentitnya lalu bergeser mencari lubangnya. Setelah ketemu, sedikit demi sedikit mulai menyelusup masuk. Bahkan ketika masuk separoh, aku berniat berlama-lama disiti, tapi dasar wanita yang sudah sangat penasaran, maka ia segera menarik punggungku dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya, sehingga kontolku amblas seluruhnya tanpa bisa lagi kukendalikan. "Aahhkkhh.. Uukk.. Hhmm.. Eeanaakk.. Sesekaali. Teerus Pak, ayoo.. Gocokk.. Llrr.. Hh.. Aauuhh" itulah suara yang sempat dikeluarkan dari mulut Dirga ketika gocokan kontolku semakin keras dan cepat. Ia bagaikan orang kehausan yang menemukan air minum. Diteguknya keras-keras dan napasnya seolah terputus sejenak menahan rasa kenikmatan yang kuberikan. Tanpa bicara lagi, Dirga langsung memutar tubuhnya, sehingga ia berada di atas mengangkangiku. Ia bagaikan orang naik kuda. Bunyi pantatnya sangat keras beradu dengan perutku, karena ia duduk di atasku sambil membelakangi wajahku. "Akkhh.. Uuhh.. Uuhh.. Aakkhh.." Suara itulah yang sempat keluar dari mulutku ketika kurasakan nikmatnya vagina Dirga yang menjepit kemaluanku. Ia seolah tak kenal lelah dan tak mau berhenti melompat di atasku. "Akkhh.. Buu.. Buu..' berhenti dulu donk. Kita istirahat dulu. Aku kecapean nih" teriakku ketika kurasakan ada cairan hangat yang mulai mau menyelusup keluar di ujung perutku. Tapi Dirga tetap saja bergerak dan bergoyang pinggul di atasku tanpa peduli ucapanku. Karena ia tak mau berhenti, aku segera bangkit dan berlutut sehingga ia secara otomatis nungging di depanku. Aku langsung hantam dari belakang dan menggocok keras serta cepat hingga terasa cairan hangatku sudah berada di ujung penisku. Aku sudah tidak peduli di mana mau tumpah, apa di luar atau di dalam kemaluan Dirga. Yang penting puas. "Pak, cepat donk, terus gocok dengan keras, ayohh.. Uuhh.. Aahh.. Uummhh.. Auhh" kata Dirga terputus-putus. Sedetik kemudian, Dirga berteriak sedikit keras "Aiihh.. Aakuu.. Kkeeluuaarr.. Paa" dan saat itu pula aku tak mampu mengendalikan diri, sehingga cairan hangatkupun tumpah ke dalam rahim Dirga. Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Kami saling memberi kenikmatan yang luar biasa. Pertemuan kemaluan kami terasa sangat rapat dan seolah melekat, sehingga terasa gemetar seluruh tubuh kami. Dirga langsung telungkup dan merapatkan perutnya ke kasur, sementara aku tetap menindihnya. Setelah hampir 2 menit kami tidak bergerak, akhirnya kami saling telentang puas. Namun, tiba-tiba muncul rasa ketakutan dalam hati saya kalau-kalau Dirga hamil akibat cairan kentalku masuk ke rahimnya. "Pak, terima kasih atas kenikmatan yang kau berikan. Aku sama sekali baru kali ini merasakannya. Ternyata selama ini aku belum pernah merasakan kepuasan dan menikmati sex yang sebenarnya dari suami saya. Kepuasan yang kuterima dari suami saya selama ini hanyalah semu dan.." belum selesai bicara, aku segera memotongnya dan berkata "Maaf Bu bila kenikmatan yang sempat kuberikan masih sedikit, sebab sedianya aku akan memberikan sebanyak mungkin, tapi lain kali saja, sebab aku capek sekali. Habis kita baru saja lari subuh" balasku. Setelah itu, kami saling berpelukan dan memberi ciuman perpisahan, lalu kami bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Di dalam kamar kami saling berbisik karena takut ada orang lain yang mendengar pembicaraan kami. Setelah kami berpakaian lengkap seperti semula, aku lalu membuka pintu belakang rumahku dan memeriksa kalau-kalau ada orang lain yang lalu lalang dan mencurigakan, tapi ternyata sepih. Aku masih mau tahan agar Dirga istirahat sejenak untuk melanjutkan ronde berikutnya, tapi tiba-tiba Dirga melihat jam tangannya lalu segera pamit keluar karena katanya sudah pukul menit siang. Suaminya sudah hampir bangun. Iapun cepat-cepat kembali ke rumahnya. Besoknya kami sempat ketemu seperti layaknya tetangga dan kami pura-pura bersikap biasa-biasa saja, namun hari minggu berikutnya, kamipun kembali berlari subuh bersama, tapi kami hanya sepakat untuk mengulangi persetubuhan kalau ada kesempatan kapan-kapan saja. Aku menjanjikan tip yang lebih nikmat lagi, dan iapun setuju.
Ini adalah kisahku yang lain dengan tetanggaku di kampung. Awalnya waktu SMA aku sedang memanjat pohon sawo di belakang rumahku untuk mengambil buahnya. Secara tak sengaja mataku tertuju ke sebuah sumur tetangga yang tinggi dinding penutup kelilingnya hanya sebatas dada orang dewasa. Kulihat seorang wanita sedang membuka baju untuk mandi di sana. Tubuhnya kelihatan putih dan montok. Setelah kuperhatikan dengan cermat ternyata wanita itu adalah Bu Mina, tetangga selang tiga rumah sebelah barat dari rumahku. Bu Mina adalah istri muda dari seorang pengusaha angkutan. Ia membuka toko kelontong di rumahnya. Aku mencari posisi yang lebih enak untuk mengintipnya. Kerimbunan daun sawo cukup membantuku agar tidak kelihatan dari arahnya mandi. Sambil mengintip akupun berkhayal bersetubuh dengannya. Dari tempatku mengintip dadanya yang putih dan montok kelihatan jelas sekali. Begitulah kalau aku tidak ada kegiatan di sore hari maka aku akan memanjat pohon sawo di belakang rumah dan menunggu Bu Mina mandi. Bu Mina ini orangnya ramah dan supel nantinya baru aku tahu kalau dia memang benar-benar supel alias suka peler. Kadang kalau aku duduk-duduk di depan tokonya ia menyapaku duluan. Asalnya sebenarnya dari pelosok, namun tidak kelihatan kampungan. Kukira nama sebenarnya Minah. Setelah kawin dengan Pak Yos dipanggil Bu Mina. Umurnya waktu itu kurang lebih tiga puluh tahun. Badannya sedikit gemuk tapi kulitnya kelihatan kencang. Ia paling sering pakai kain dan kebaya. Kalau sudah pakai kain dan kebaya, pantatnya yang besar kelihatan menantang dan bergoyang-goyang kalau sedang berjalan. Belahan buah dadanya terlihat sangat menggiurkan dan mengundang lirikan mata laki-laki. Sampai ketika aku kuliah dan sedang liburan semester di kampung. Malamnya sekitar jam sembilan malam aku singgah ke toko Bu Mina untuk membeli sesuatu. “Eh Mas Anto. Kapan datangnya dan libur berapa hari? Oleh-olehnya mana?” ia memberondongku dengan sejumlah pertanyaan. Tangannya diulurkan dan tentu saja kusambut dengan hangat. “Tadi siang, dua minggu, pakaian kotor. Ibu mau?” jawabku taktis dan efisien menjawab semua pertanyaannya. “Ihh.. Masa sih pacarnya kok cuma dibawain pakaian kotor,” katanya menggodaku. Dadaku berdesir. Pacarnya? “Beli apa Mas?” “Enngghh, beli sabun dan shampoo”. “Lho belum mandi toh?” “Sudah, untuk besok pagi”. “Lho baru datang tadi, besok pagi kok sudah mandi basah,” godanya makin berani. “Ya, siapa tahu nanti malam mimpi basah, jadi paginya mandi basah,” kataku. Kepalang basah kubalas godaannya tadi. Pokoknya basah.. Sah.. Sah. Bu Mina masuk ke dalam tokonya. Pantatnya masih saja kelihatan besar dan padat di balik dasternya. Aku mengikutinya, sambil melihat-lihat barangkali ada barang lain yang tiba-tiba teringat untuk kubeli. “Ini sabun dan ini shampoonya. Eh nanti malam mimpi basah sama saya saja ya!” katanya berbisik sambil tersenyum. Kalau begini caranya nanti malam aku bisa benar-benar mimpi basah. Aku hanya diam saja dan menerima sabun dan shampoo tadi. Ketika memberikan belanjaanku ia seolah-olah memalingkan mukanya ke arah TV dan seperti tanpa sengaja telapak tangannya mengusap lenganku. “Eh maaf Mas. Habisnya acara di TV bikin penasaran saja”. “Berapa Bu semuanya?” tanyaku sambil mengangsurkan selembar uang dua puluh ribuan. “Ah, nggak usah Mas. Lagian uangnya besar begini nggak ada kembaliannya”. Ia menolak uangku. Aku jadi tidak enak. “Ya sudah Bu, saya utang dulu. Besok saja sekalian saya bayar” kataku. “Bayar pakai yang lain saja gimana Mas?” Aku garuk-garuk kepala kebingungan sambil meninggalkan tokonya. Karena masih lelah aku segera tertidur dan bangun agak kesiangan. Adik kecilku berdiri tegak, pertanda metabolisme dan kondisi tubuh masih fit. Setelah menyelesaikan ritual pagi hari, 3M, mandi, modol dan makan, aku berniat untuk jalan-jalan ke tempat Tina teman masa SD-ku Aku Oase Para Wanita Bersuami 5 Tina. Kali-kali aja aku dapat jatah untuk sekedar kissing, necking dan petting. Tapi tiba-tiba aku ingat dari informasi yang kudapat tadi malam Tina sedang ke luar kota. Akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan ke pasar saja. Sampai di pasar aku berputar-putar di los pakaian. Aku terkejut ketika tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang. “Cari apa Mas Anto?” Aku menoleh ke belakang dan ternyata Bu Mina yang ada di belakangku. Ia mengenakan blouse putih tipis dengan celana panjang warna biru. BH-nya yang juga berwarna biru membayang di balik baju tipisnya. “Ibu bikin kaget saja. Tadinya pengen beli tas tapi nggak ada yang cocok. Maksudnya nggak ada yang cocok harganya, kalau modelnya sih banyak yang cocok,” kataku. “Oh gitu. Gimana kalau kita jalan-jalan ke Malioboro atau Shoping Centre kali-kali aja ada yang cocok. Kebetulan aku juga lagi cari kain batik untuk Bapaknya. Ayolah mumpung masih pagi,” katanya sambil menarik tanganku. Aku tak bisa menolaknya. Dua jam kemudian kami tiba di Jalan Malioboro. Kami masuk ke sebuah toko dan melihat-lihat tas pakaian. Harganya memang murah dan modelnya bagus. Cuma aku memang tadinya juga cuma mau lihat-lihat saja, belum mau beli. Ketika masuk ke dalam toko kain, Bu Mina menggandeng lenganku dengan mesra. Aku jadi agak jengah juga. Akhirnya Bu Mina membeli dua potong kain batik. Satu untuk suaminya dan satu lagi untukku. Setelah itu kami makan. Selesai makan aku sudah bersiap untuk pulang, tapi Bu Mina masih saja duduk di kursinya. Ia menatapku sambil tersenyum. “Eh, ngomong-ngomong tadi pagi jadi keramas nih?” ia mulai menggodaku lagi. “Iya,” jawabku singkat. “Kalau.. Mmhh siang-siang gini keramas lagi mau nggak?” tanyanya sambil memegang telapak tanganku. “Kalau tadi malam kamu mimpi basah, sekarang ngerasain yang sebenarnya mau nggak?” sambungnya. Aku hampir terjatuh dari kursiku. Sebenarnya tentu saja inilah yang kuharapkan, tapi untuk membuatnya penasaran aku hanya berdiam saja. “Ayolah!” rayunya. Akhirnya aku berdiri dan berjalan keluar dari restoran. Bu Mina memegang tanganku dan menarikku berjalan ke arah sebuah becak yang sedang mangkal. “Pasar Kembang, Pak!” katanya pada tukang becak. “Kenapa nggak ke Kaliurang saja,” protesku. “Kejauhan, waktu kita sedikit,” jawabnya pasti. Sampai di depan sebuah hotel yang cukup bagus di dekat pintu belakang Stasiun Tugu ia memberi kode kepada tukang becak untuk menepi. Kami segera masuk ke dalam hotel. Setelah menyelesaikan urusan di resepsionis kami masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang lumayan bagus dengan sebuah ranjang besar yang empuk. Lantainya dilapis dengan permadani yang agak tebal. Begitu pintu kamar tertutup, Bu Mina langsung memelukku. Bu Mina menyapukan bibirnya ke bibirku dengan lembut. Aku belum membalasnya. Ia kemudian mengulangi dan melumat bibirku. Terasa lembut dan nikmat sekali bibirnya. Lama kelamaan ciumanku berubah menjadi lumatan ganas. Lidahnya mendorong lidahku dan menyelusuri langit-langit mulutku. Aku membalasnya, kudorong lidahnya, dia menyedot lidahku. Rupanya Bu Mina sangat lihai dalam berciuman. Kadang kepalanya dimiringkan sehingga mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak perpaduan bibir kami mulai terdengar. “Lepas bajunya dulu, To!” ia menyuruhku. Kulepas baju, celana panjang dan sekaligus celana dalamku dalam sekali gerakan. Dadaku yang bidang dan berbulu lebat membuatnya berdecak kagum. Kejantananku langsung mencuat keluar dan perlahan-lahan terancung dalam kondisi lurus, bahkan sedikit mengacung ke atas. Kepala penisku kelihatan kemerahan dan mengkilat karena dari lubangnya sudah mulai keluar cairan bening agak kental dan lengket. Diusapnya lubang kejantananku dengan ibu jarinya dan diratakannya cairan bening yang keluar tadi di atas kepalanya sehingga kini semakin mengkilat. Diusap-usapnya kepala penisku sampai membesar maksimal. Bu Mina melepaskan pelukannya. Dengan gerakan pelan dan gemulai ia melepas blus, celana panjang dan akhirnya celana dalamnya. Tangannya membuka kancing bra-nya dan sebentar ia sudah dalam keadaan bugil. Tubuhnya yang montok dengan sedikit lemak di bagian perutnya. Gunung kembarnya dengan puncaknya yang kemerahan yang menggantung bebas. Kini kami berdua sama-sama dalam keadaan polos tanpa selembar benang pun. Selang beberapa menit kemudian Bu Mina berkata di telingaku dengan lirih.. “Kita ke ranjang.. Sa.. Yang..”. Aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan dia membalasnya dengan sangat liar, kemudian aku merasa penisku semakin tegak dan terasa lebih keras dari biasanya. Aku berbaring di ranjang dan Bu Mina merangkak di atasku. Dadanya disodorkan ke mulutku dan dengan rakus kusedot dan kujilati buah dadanya. Tangan dan mulutnya menarik-narik bulu dadaku dengan lembut. Sekali waktu dia menarik dengan keras. Aku terpekik.. “Ouuw.. Sakit Bu..”. “Aku gemas melihat dadamu”. Dia terus memintaku meremas-remas payudaranya dan menghisap putingnya secara bergantian. Lalu dia mulai menjilati tubuhku dari mulai leher perlahan-lahan turun kebawah dan berhenti disekitar paha. Dia juga menjilati biji zakarku. “Agh.. Ugh.. Ouhh.. Enak Bu.. Ugh..!!” desahku. Bu Mina menggigit pahaku di bagian dalam dekat pangkal paha seolah-olah mengingatkan ini bukanlah sekedar mimpi basah tetapi kenyataan yang benar-benar sedang terjadi. Bu Mina terus melanjutkan aksinya, kini dia jongkok di atas pahaku. Tangannya meremas kejantananku dan menggoyangkannya sebentar. Digesekkannya kepala kejantananku pada bibir vaginanya, kemudian ia menurunkan pantatnya. Kepalaku sudah tertelan dalam vaginanya. Terasa vaginanya berair. Dengan pelan pantatnya bergerak turun sambil memutar-mutar. Kejantananku terasa ngilu dibuatnya. “Ibu masukin ya. Ayo To..!! Angkat ke atas..,.. Tunggu sebentar!” ia memberi komando. Diganjalnya pantatku dengan bantal, kuangkat pantatku sedikit untuk memudahkannya mengganjal pantatku dan kemudian pantatnya semakin turun. Dan dengan perlahan penisku masuk ke dalam sebuah lorong hangat. Aku merasakan penisku dihimpit oleh benda hangat, basah dan berdenyut, sebuah sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. “Agh.. Auw.. Ooh.. Nikmat sekali, To!!” rintihnya terbata bata. Kugerakkan pinggulku memutar berlawanan arah dengan gerakan pingulnya. Dibenamkam penisku dalam dalam sampai terasa tidak bisa masuk lebih dalam lagi, dan Bu Mina menjerit. Tangannya memainkan putingku dan sesekali menjilat dan mengisapnya. Aku menggigit bibir menahan rangsangan. Dia terus menggoyangkan pinggulnya dengan teratur dan makin lama makin cepat. “Ouchh.. Agh.. Ugh.. Oo.. Yes..!!” desisnya terdengar berulang-ulang. Selanjutnya -> Artikel Terkait
Cerita Hot Selingkuh Dengan Istri Tetangga Cerita Hot Selingkuh Dengan Istri Tetangga Cerita Malam Cerita Dewasa Cerita Mesum – Sedang ingin membaca Cerita Ngentot Selingkuh Dengan Istri Tetangga Yang Cantik, Cerita mesum dengan alur yang menarik? Jangan lewatkan cerita mesum terbaru Cerita Bokep Berita Bokep Cerita Dewasa Terbaru. Perkenalkan namaku Indra, umurku 28 tahun,aku bekerja disebuah perusahaan swasta di jakarta. Aku mengontrak rumah kecil, ya lumayanlah untuk lajang seperti aku…aku mempunyai tetangga disebelah suami istri,sebutlah suami yodi 30 dan istrinya wiwin 25, mereka sudah menikah 3 tahun tapi belum mempunyai anak…entah mereka belum merencanakan atau ada alsana lainnya. kebetulan rumah tempat aku mengontrak dengan tetangga kanan kiri hanya dibatasi satu dinding, jadi tidak ada space lahan yg membatasi, jadi kadang suara teriakan dari rumah sebelah terdengar ke tempatku. kebetulan aku 2 hari ambil cuti dari pekerjaanku dan santai dirumah,sambil buka laptop…ya seperti biasalah…iseng2 nonton bf…saking asiknya aku nonton di kamar,aku ngak sadar kalau suara film yang aku tonton suaranya agak keras dan aku pikir ngak akan terdengar siapa2… selesai aku menonton aku buat kopi,dan aku iseng di teras rumah sambil ngopi dan ngerokok..sss…nikmatnya isapan..demi isapan rokok…dan aku melirik ke samping,ternyata tetanggaku mba wiwin sedang menyapu teras karena rumah kami type kecil, jadi jarak antara teras dengan dinding pembatas cukup dekat, sehingga kalau orang melongok lewat dinding akan keliatan ruang dalam rumah sebelahnya, tapi aku heran kok mba wiwin sambil menyapu kok senyum senyum sendiri… aku iseng menegur dengan niat baik sih…”hehe…kok mba senyum2 sendiri gitu sih…?” mba wiwin”ee…ngak apa2…hihi…” aku”kenapa mba…pikirku ini cewe udah gila apa ya ketawa sendiri…?” mba”ee…maaf..sambil dia berbalik kearah aku..ituloh…tadi aku lagi masak di dapur…seperti denger suara mendesah2 gitu dari balik dinding…hihihi…” aku tadinya sedikit bingung,…suara mendesah apa yaa…dan ternyata…ya ampun…ternyata suara film tadi yg aku tonton kekencengan kali yaa…aku tersipu malu…”ah mba kok denger aja sih…jadi malu saya… ” mba wiwin”ngak apa2 kok mas…kan udah gede…hihi…” mba wiwin itu orangnya tidak cantik, tidak tinggi tapi memiliki body yang aduhai,putih,kulit wajahnya putih bersih….kadang walaupun nggak enak,kalau aku diundang main kesebelah rumah mereka, kadang mba wiwin dengan seenaknya saja mengenakan kaos ketat & celana pendek. sehingga payudaranya menonjol dan paha putih mulusnya terlihat dan membuat aku ngak konsentrasi ngobrol dengan mereka,dan suaminya mas yodi seolah acuh tak acuh dengan penampilan sexy istrinya itu… aku lalu berdiri dan melongok dari balik tembok,dengan maksud agar pembicaraan lebih akrab…dan ternyata mba wiwin pagi itu mengenakan baju ketat ungu dan celana pendek putih,aduh payudaranya yang kira2 ukuran 36 itu menonjol dan bokongnya terlihat sexy,dan paha putih mulusnya bikin aku ngaceng…dan keliatannya mba wiwin cuek aja sementara aku sambil ngobrol,memperhatikan body nya dia dan pahanya… setelah dia selesai menyapu,dia permisi sebentar kedalam,dan ternyata mengambil lap untuk lap meja,dan ketika dia melap meja sambil nunduk..astaga…belahan dada nya keliatan….dan entah sengaja atau tidak,dia bolak balik ganti posisi melap meja…sehingga…selain belahan dada..bokong bahenolnya pun secara tidak sengaja atau sengaja di “pamerkan” kepadaku…secara ngak sengaja aku kelepasan “wow..sssh” mba wiwin sambil menoleh kearahku,tapi tidak menunjukan ekspresi kaget,bertanya kepadaku sambil tersenyum…”kenapa mas…?” aku”oh..eh..ngak apa2 mba sambil aku pura2 lihat kearah lain” mba wiwin”kirain mas tadi kaget liat apaan…” aku”iya mba tapi saya memang kaget kok…kaget liat yang indah…hehe”aku iseng aja nyerocos ngeluarin kalimat itu eh ternyata dia malah nantang bertanya…”apa tuh yang indah…?” aku”ya tadi itu mba…” sambil aku tersenyum kearah dia…eh dia malah balas senyum…trus dia malah bilang gini…”aku mau mandi dulu ah mas…” sambil tersenyum dan berlalu kedalam..sedangkan aku sambil masih rokok terselip di jariku bengong merhatiin dia berlalu kedalam rumah… didalam kamar aku hanya mendengar suara deburan air dr dalam kamar mandi sebelah,sedangkan aku…hanya membayangkan mba wiwin mandi…oooh…lalu aku dengan sengaja menyetel kembali film bf tadi dan volumenya ku sengaja dibesarkan…eh ternyata ada tanggapan dari sebelah,terdengar suara mba wiwin tertawa dari dalam kamar mandi…lalu aku ketok dinding..dan dia membalas dengan ketokan juga.. lalu aku keluar rumah ke teras…sambil menghisap rokok diteras lagi…ternyata gayung bersambut…uhuuy…mba wiwin keluar dari rumahnya seolah mengecek pintu pagar,dengan hanya berbalut handuk,dan ketika berbalik sempat menoleh kearah aku dan senyum… aku lalu reflek berdiri kearah dinding dan curi2 melongok kearah rumah mba wiwin,ternyata pintu rumah dia tidak tutup…dan aku bisa lihat mba wiwin mondar mandir diruangan hanya dengan berbalut handuk,dan melirik kearah luar,kearah aku sambil senyum…”liat apa mas…liat yang indah2 yaa..?” terus tertawa kecil…ya aku balas dengan senyum….dan ternyata ngak berapa lama “undangan”pun ditebar…”mas bisa minta tolong nga…?” minta tolong apa mba…?” “lampu dikamar mba putus,mba nga bisa ganti,mas yodi ngak sempet2…lampunya udah ada kok mas,tinggal diganti…” tanpa pikir panjang,aku langsung keluar pagar dan masuk pagar rumah mba wiwin,dan permisi masuk rumah…”dimana kamarnya mba…?” mba wiwin”disini mas…” mba wiwin menunjuk ruangan…sementara aku naik keatas kursi yg ada dikamarnya,aku lepas lampu kamar yang lama…”lampu barunya mana mba…?” dan astaga pemandangan indah terlihat dari atas,bagian atas payudara mba wiwin yang montok terlihat jelas…aku bengong sesaat..”heh….kok bengong sih,nanti lampunya jatuh…liat apa sih…?” sambil berkata itu mba wiwin tersenyum kepadaku… Selingkuh Dengan Istri Tetangga Slingkuh Dengan Istri Tetangga “habis ada yang indah2 tadi…” eh dia malah balik ngomong ” baru liat gitu aja udah ngak konsen,gimana kalau….” aku jadi diem sejenak…”gimana kalau apa mba…?” dia tidak menjawab hanya ngeloyor keluar kamar…aku lalu turun dan keluar kamar,dan dia ternyata sedang menyender diluar dinding kamar…lalu aku tanya kembali “kok mba ngak jawab sih tadi…?” mba wiwin”yang mana sih…?” sambil menoleh kearahku dan tersenyum…aku cuek aja ngomong “yang indah2lah…yg tadi,yg saya liat dari posisi atas waktu pasang lampu…” dia diem saja,dan masuk kamar “mas mau minum apa…?” sedangkan aku posisi masih di dalam kamar, lalu aku beranikan diri mendekati dia dan berbisik dikupingnya dia “mau..minum susu….” eh dia malah balik ngomong “ah nanti ada tetangga yang liat loh…” aku yakinikan ke dia kalau jam segini jam nya “aman” pkoknya dengan segala rayuan aku ngomong ke dia supaya aku bisa menikmati kehangatan badynya mba wiwin..lalu aku beranikan diri lagi bilang sambil berbisik…”kesempatan ngak akan datang 2 kali mba….aku bikin mba puas…” dan dia balik ngomong “aku mau tutup pintu pagar dan rumah dulu…” setelah dia keluar menutup pintu pagar dan melihat suasana kanan kiri dan kemudian menutup pintu rumah,dia kembali ke kamar dimana aku berada…”tapi jangan ribut…nanti ketahuan tetangga…” tanpa di komando aku pegang bahu telanjang mba wiwin, dan aku cium bibirnya, dan ternyata dia membalas ciumanku…dan dia mulai meraba celana pendekku bagian depan…dan meremes2 batang kontolku…dan memasukan tangannya kedalam celanaku…meremes…kocok2 kontolku.. sedangkan tanganku melorotkan handuk dia..dan ku remas2 payudara dia yang montok.. menjilat2inya…mengemut2…dan dia mulai mengelinjang kegelian..dan mulai menarikku keatas ranjang dia…kami saling bergumul dengan nafsu binatang akhirnya ku coblos meki dia dengan kontolku yang sudah tegang mengeras…bless…mba wiwin menahan nikmat…tubuhnya menggelinjang ke kanan dan ke kiri menahan sodokan pelan kontolku…dimana posisi dia dibawah,sementara paha keatas..aku menindihnya dari atas dengan posisi jongkok…cukup lama kami “bertempur” berganti posisi…berganti lokasi… akhirnya kami pindah keruang tamu…posisi doggy style..dan dia sangat menikmati hujaman ku dari belakang…aku cengkram pinggulnya…aku cengkram bahu mba wiwin…dan aku merasakan mba wiwin sudah 2 kali orgasme..sedangkan aku baru mau mulai orgasme…lalu kita ganti posisi di karpet..dia dibawah…aku diatas…posisi aku jongkok sambil memegang kakai dia keatas…dan…”aah..oooh..aku..ma..u…klu..aaar. ..aaargh…” muncrat seluruh spermaku kedalam vagina mba wiwin….sementara mba wiwin semakin mencegkramkan tangannya ke tangan ku… setelah beberapa kali perselingkuhan kita…mba wiwin bilang ke aku kalau dia telat haid…dan dia cek ke dokter..dia hamil….sedangkan suaminya kelihatannya juga ikut gembira karena akhirnya istrinya hamil dan akan menjadi calon ayah…semoga menjadi calon ayah yang baik ya mas yodi…diluar itu,ternyata mba wiwin ketagihan dengan aku,dan kita masih suka selingkuh, kadang dirumah dia,kadang dirumah aku…
cerita hot selingkuh dengan tetangga