Tidakada mayat yang bangkit dari kubur, mayat yang dikerubuti hewan-hewan, mayat tidak lengkap dan sebagainya, akhirnya pakai norma agama," lanjut Nuning. Sementara itu, menurut Dosen Program Studi Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) Muzayin Nazaruddin, tayangan televisi memiliki tema nilai agama, utamanya dijadikan komoditas untuk Ditinjaudari segi Kepentingannya Sholat Rawatib dibagi menjadi 2 bagian yaitu : Sholat Sunnat Rawatib Mu'akkad (Sangat Dianjurkan untuk dikerjakan ) Sholat sunat rawatib mu'akkad ada 10 sampai dengan 12 rakaat : 2 rakaat sebelum shalat shubuh. 2 atau 4 rakaat sebelum shalat zhuhur. ApaItu Rezeki Berkat. Aku baru terjaga dari 'tidur' yang panjang, err, maksud aku sejak berkumandangnya lagu 'wake me up when election end' .., akupun bangkit sambil teringat kata-kata Buznama tentang adab bangkit dari tidur yang mana sewaktu kita lena diulit setan, tersebutlah riwayat bahawa makhluk setan ni akan ikat badan kita tvindonesia move on dari ftv luar negeri, malah bikin cerita gk jelas gitu, mana yg nonton banyak juga 23-10-2018 12:15 . 0. Kutip Balas. violie.jahad.12 . 23-10-2018 12:17 . Kaskus Addict Posts Forum diskusi dan berbagi berita dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Gabung . Tampilkan 12 Alambarzah menjadi neraka pertama, belum lagi kelak di akhirat. Lalu, bagaimana nasib orang yang tidak melaksanakan ibadah sholat? Tentu parah sekali saat di akhirat kelak. Masih dialam kubur saja sudah penuh derita, kesengsaraan, dan tidak ada nikmat sedikitpun disana bagi orang yang lalai. Imam Al Baihaqi meriwayatkan "Sholat adalah timbangan. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Perjalanan menuju Kota Madinah dan berkunjung ke Masjid Nabawi adalah kerinduan yang tak perah padam. Berjalan di kota suci, menginjak … SelengkapnyaPengalaman Pertama Masuk Masjid Nabawi Muhammad Ali yang nama lahirnya adalah Cassius Marcellus Clay, Jr, lahir 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Ia … SelengkapnyaSang Legenda, Muhammad Ali Akifah Baxter, mantan penganut Kristen yang tinggal di Amerika. Suatu hari ia jalan-jalan ke toko buku. Ia mencari sebuah buku … SelengkapnyaRisalah Islam Itu Sederhana Namun Pesannya Begitu Kuat Kun Fa Yakun Musibah yang Menyebabkanku Lumpuh Pada suatu hari ayahku datang kepadaku dan berkata tentang suatu hal yang aku … SelengkapnyaKisah Haru Abdullah Bani’mah Musibah yang Menyebabkanku Lumpuh Memang hidayah itu istimewa. Ia mahal dan berharga. Kedudukan dan status sosial bukanlah ukuran mendapatkannya. Gelimang harta bukanlah sarana bisa … SelengkapnyaGeorge bin Todzira, Hidayah Datang Saat di Medan Perang Kisah ini bercerita tentang Abdullah al-Majorci. Seorang mantan ulama besar Nasrani yang menjadi seorang muslim. Abdullah hidup saat Perang Salib … SelengkapnyaNama Muhammad, Kebenaran Yang Mereka Sembunyikan Beberapa bulan terakhir, berita tentang masuk Islamnya seorang atlet sepak bola internasional terdengar cukup ramai berseliweran di dunia maya. Ya, … SelengkapnyaEmanuel Adebayor 13 Alasan Mengapa Saya Memilih Islam Yahiye Adam Godhan adalah anak seorang tukang daging yang banyak menyangsikan dan menentang dogma Kristen. Ia juga merasa heran melihat … SelengkapnyaDari Penggemar Heavy Metal Menjadi Pencinta Alquran Post navigation Himpitan kubur adalah sebuah peristiwa yang pasti akan di alami oleh setiap manusia yang telah meninggal dunia. Menurut para ulama, himpitan kubur merupakan bagian dari kaffarah yang bertujuan Mengurangi/ menghapus kesalahan dan Dosa manusia selama hidup di dunia. Seperti yang kita tahu Alam kubur adalah sebuah tempat yang menghubungkan antara alam Dunia dan juga alam Akhirat. Alam kubur tidak hanya berperan sebagai tempat transit, tetapi hukum dan Azab Allah juga Akan berlaku di alam ini. Serangkaian peristiwa gaib, mengerikan, pertanyaan kubur, siksa kubur, hingga nikmat kubur akan dijumpai setiap jiwa yang mati sesuai amal perbuatannya selama didunia. Salah satu peristiwa yang cukup mengerikan adalah adanya Himpitan kubur. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda "Sesungguhnya pada alam kubur itu ada himpitan. Seandainya ada orang yang selamat, niscaya akan selamat Sa'ad bin Mu'adz." HR. Ahmad. Namun himpitan kubur untuk orang beriman dan orang kafir jelas berbeda. Bagi orang-orang kafir dan pendosa, mereka akan dihimpit kubur hingga remuk, tulang belulang mereka saling berserakan, betapa mengerikanya kehidupan di alam kubur, betapa menggelegarnya jeritan mereka saat mengalami peristiwa itu. Dibalik himpitan kubur, Ada sebuah kisah tentang himpitan kubur dimasa Rasulullah SAW. Berikut artikel kisah selengkapnya Dahulu kala, Rasululah SAW memiliki seorang Sahabat bernama Sa’ad bin Muadz. Ia juga kerap disapa dengan nama Abu Amr. Diketahui ia adalah seorang pria yang memeluk agama islam disaat umur tigapuluh tahun dan wafat diusia tiga puluh delapan tahun. Sa’ad bin Mu’adz adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang beriman masuk islam ditahun 1 hijriyah dimana ketika Rasulullah SAW sampai di kota Madinah. Sahabat Sa’ad bin mu’adz juga adalah seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan. Hal ini bisa dibuktikan dengan diangkatnya beliau menjadi pemimpin bani Aus di Madinah. Beberapa keterampilan yang dimiliki Sahabat Sa’ad bin Muadz adalah beliau mempunyai keahlian berkuda dan ahli berperang. Banyak sekali peran dan perjuangan Sahabat Sa’ad bin Mu’adz dalam membela Agama Allah dan Rasulnya. Sebagai Seorang Pejuang dari golongan Kaum Ansor, Sahabat Sa’ad banyak berkontribusi dalam berbagai medan pertempuran serta menjadi pelindung Rasulullah dan umat islam. Beliau rela mengorbankan Nyawa dan Raganya untuk berjuang Bersama Rasulullah SAW. Prestasi dan pengapdianya terhadap Agama islam, membuat Rasulullah bangga dengan keikhlasanya. Ketika Sahabat Sa’ad bin Muadz mengikuti perang khandak, Maka terjadilah peristiw Naas yang menimpanya, Beliau mengalami luka yang cukup parah. Luka itu lama kelamaan tidak kunjung membaik bahkan bertambah lebih parah. Rasulullah SAW juga sering mengunjungi dan mendoakan kebaikan kepada Sahabat Sa’ad yang tengah terbaring sakit. Luka bekas perang itu nampaknya terus bertambah parah. Namun Takdir hanya Allah yang tahu, akhirnya Sahabat Sa’ad bin Mu’adz pun menghembuskan nafas terakhirnya dan wafat meninggal dunia. Tidak terasa, belum lama Rasulullah mengunjungi rumah sahabtnya itu, tiba-tiba terdengar kabar bahwa Sahabat Sa’ad bin muadz meninggal dunia. Mendengar berita itu, Rasulullah lantas berbegas menuju kediaman Sahabtnya itu, bilau bahkan tidak menyapa orang-orang disekitarnya hingga membuat keheranan. Berkatalah meraka kepada Rasulullah “ Wahai Rasul Allah, kenapa engkau mengabaikan kami?” Sang Rasul Menjawab “ Aku itu khawatir jikalau Malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa’ad bin Mu’adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzalah” Riwayat Abu Na’im Rasulullah juga pernah menjelaskan tentang fenomena-fenomena gaib yang mengiringi wafatnya Sahabat Sa’ad bin mu’adz. Diwaktu itu datanglah para malaikat yang jumlahnya ada tujuh puluh ribu malaikat,kesemuanya hadir dan menjadi saksi atas jenazah Sa’ad. Hingga saat keranda Jenazah Sahabat Sa’ad dipikul, orang-orang yang memikul merasa terasa ringan, padahal Sahabat Sa’ad terkenal memiliki tubuh yang kekar. Ternyata Rasulullah SAW menjelaskan bahwa saat itu para malaikat juga ikut memikul keranda jenazah Sahabat Sa’ad juga, subhanallah. Tidak Hanya itu saja, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa wafatnya Sahabat Sa’adz bin muadz ternyata telah membuat Arsyi berguncang, selain itu juga membuat pintu-pintu langit terbuka. Akhlak mulia dan perjuangan besar Sahabat Sa’ad ternyata benar-benar telah menjadikanya memperoleh derajat mulia dan tinggi disis Allah SWT. Beliau termasuk golongan-orang yang beruntung dan menjadi salah satu penghuni surganya Allah di akhirat Nanti. Namun meskipun Sahabat sa’adz bin muadz adalah seorang yang mulia, namun beliau tidak terlepas dari himpitan kubur saat beliau wafat. Rasulullah SAW bahkan pernah bersabda dalam Sunan An-Nasai riwayat ibnu Umar ““Inilah yang membuat Arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh, ia dihimpit dan dijepit oleh kubur. Akan tapi, kemudian dibebaskan.”. Ternyata tiada seorangpun yang bisa selamat dari himpitan kubur bahkan hal ini juga dialami oleh sahabat Mulia Sa’adz bin muadz. Ternyata memang setiap orang yang telah meninggal dunia pasti akan mengalami yang Namanya himpitan kubur. Tidak peduli entah itu mau orang beriman, orang kafir, anak kecil yang tak berdosa, maupun orang dewasa, orang kaya, orang miskin semua akan merasakanya. Namun Himpitan kubur ini bukan termasuk dalam azab kubur, peristiwa ini sama halnya rasa sakit saat peristiwa sakaratul maut/ keluarnya ruh dari badan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda "Sesungguhnya pada alam kubur itu ada himpitan. Seandainya ada orang yang selamat, niscaya akan selamat Sa'ad bin Mu'adz." HR. Ahmad. Himpitan kubur bagi mayit orang beriman tentu akan memiliki hikmah tersendiri, salah satunya bisa menjadi pelebur dosa-dosa selama hidup. Dan setelah itu Alam kubur akan di perluas bahkan hingga seluas tujuh puluh hasta kearah kiri dan juga kea rah kanan. Kemudian amanlah mayit beriman itu hingga tibanya hari kiamat. Namun berbeda ceritanya bagi mayit kafir dan pendosa, meraka akan diazab didalam kubur dan dihimpit bumi hingga tulang-tulang meraka remuk saling berserakan, hal ini berlangsung hingga tibanya hari kiamat nanti, begitu sangat mengerikannya peristiwa di alam kubur itu. Naudzubillah min dzalik. Semoga kisah ini bermanfaat Wallahu A’lamu Juga Kisah Ahli Ibadah Masuk Neraka Sedangkan Ahli Maksiat Masuk Surga MENGINTIP kehidupan setelah mati, lima kisah siksa kubur. Utsman RA menuturkan bahwa jika ia berdiri di dekat kuburan, maka ia menangis sampai janggutnya basah. Dikatakan kepadanya, “Apakah kamu sedang mengingat surga dan neraka? Jangan menangis karena takut neraka dan rindu surga. Lalu kenapa kamu menangis karena kuburan ini?” Utsman menjawab, sesungguhnya nabi SAW telah bersabda, “Sesungguhnya alam kubur adalah stasiun pertama menuju alam akhirat. Jika seseorang bisa selamat dari alam kubur, maka kehidupan sesudahnya akan mudah. Sementara jika ia tidak bisa selamat dari alam kubur, langkah kehidupan sesudahnya akan sangat menyengsarakan.” Hadis Riwayat At Tirmidzi. Mengintip Kehidupan Setelah Mati, Kisah Amr Ibnu Dinar RA Amr Ibnu Dinar RA berkata, “Ada seorang penduduk Madinah yang memiliki saudara perempuan yang tinggal di ujung kota Madinah. Tiba-tiba saudarinya itu sakit. Iya pun datang untuk menjenguknya. Wanita itu meninggal. Lalu ia mengurus jenazahnya dan membawanya ke kuburan. Setelah selesai prosesi penguburan, ia kembali ke sesampainya di rumah, ia baru ingat kalau dompetnya tertinggal di dalam kuburan. Ia meminta bantuan salah seorang sahabatnya. Lalu keduanya mendatangi kuburan itu dan menggalinya kembali. Orang itu berkata kepada temannya, “Minggirlah, Saya ingin melihat bagaimana keadaan saudari perempuanku.” Ia mengangkat beberapa gundukan tanah yang ada di liang lahat itu. Tiba-tiba, kuburan itu menyemburkan api. Kemudian, ia mengembalikan gundukan tanah itu dan meletakkannya kembali. Orang itu pulang ke rumah ibunya. Ia berkata kepada ibunya, “Ceritakanlah kepadaku, bagaimana saudara perempuanku meninggal.” Ibunya menjawab, “Kenapa kamu masih saja bertanya mengenai saudarimu, padahal ia telah hancur dalam tanah.” “Ceritakan saja kepadaku, Saya ingin mengetahui perihal yang sebenarnya.” Maka ibunya berkata, “Setiap kali saudarimu mengambil air wudhu untuk salat, maka ia melewati pintu pintu rumah para tetangganya sambil menguping pembicaraan orang lain, agar ia bisa mengadu domba orang lain.” Adu domba termasuk salah satu penyebab siksa kubur. BACA JUGA Benarkah Baca Al Mulk Tiap Malam Bisa Menjaga dari Siksa Kubur? Karena itu, setiap muslim wajib memohon agar terhindar dari siksa kubur dan mempersiapkan bekal kubur dengan amal amal sholeh, sebelum benar-benar masuk ke liang kubur. Selama masih di dunia, sebenarnya setiap muslim mudah beramal. Tetapi, Jika seseorang telah masuk kubur, adalah keinginannya untuk kembali ke dunia walaupun hanya sesaat dan beramal saleh akan menjadi sesuatu yang mustahil, sehingga akan menyesal dan menderita. Foto Unsplash Setiap hari Kamis bumi menyeru beberapa kali. Seruan pertama, bumi berkata, “Hai manusia, sekarang ini Kamu berjalan diatas punggungku dan kamu akan dikembalikan ke dalam perutku.” Seruan kedua, bumi berkata, “Hai manusia, sekarang kamu ini menyantap berbagai jenis makanan di atas punggungku. Tetapi sesampainya di perutku kamu akan dimakan oleh belatung belatung.” Seruan ketiga, bumi berkata, “Hai manusia, sekarang ini kamu enak tertawa di atas punggungku, nanti kamu akan menangis di dalam perutku.” Seruan keempat Bumi berkata, “Hai manusia sekarang ini kamu boleh berbahagia di atas punggungku, tapi nanti kamu akan bersedih di dalam perutku.” Seruan kelima bumi berkata, “Hai manusia sekarang ini kamu boleh berbuat dosa di atas punggungku, tetapi nanti kamu akan disiksa di dalam perutku.” BACA JUGA Dianggap Sepele, Air Kencing Banyak Akibatkan Siksa Kubur Mengintip Kehidupan Setelah Mati, Kisah Abu Al Darda RA Dalam satu riwayat disebutkan Abu Al Darda RA sering duduk di dekat kuburan. Kalau ditanya mengenai hal itu. Ia menjawab, “Saya senang duduk bersama orang-orang yang mengingatkan ku terhadap tempat kembaliku. Jika saya bangun meninggalkan mereka, mereka tidak akan pernah mengumpat ku.” Mengintip Kehidupan Setelah Mati, Kisah Abu Hatim Al Asham Abu Hatim Al Asham berkata, “Jika seseorang melewati perkuburan, namun ia tidak dapat mengambil pelajaran untuk dirinya sendiri dan tidak berdoa untuk para penghuni kubur, maka ia telah menghianati diri sendiri dan menghianati mereka.” Foto Unsplash Mengintip Kehidupan Setelah Mati, Kisah Sofyan At Tsauri Sofyan At Tsauri mengatakan, “Orang yang sering mengingat alam kubur, ia akan mendapatkan kebun dari kebun surga. Sementara orang yang lalai mengingat alam kubur. Iya akan mendapatkan kawah dari kawah api neraka. Dalam syair disebutkan Jika kamu tidak mempersiapkan bekal taqwa Dan setelah mati kamu menjumpai orang-orang yang membawa bekal taqwa Maka kamu akan menyesal dan berharap menjadi orang sepertinya Karena kamu tidak mempersiapkan sebagaimana orang lain menyiapkan nya. Jika ditanya tentang bentuk konkret dari siksa kubur, para ulama berbeda pendapat. Menurut sebagian ulama, siksa kubur akan dirasakan oleh jasad manusia sebagaimana ia hidup di dunia. Setelah dikebumikan, mayat akan didudukkan dan ditanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan kubur. Menurut sebagian ulama lainnya, pertanyaan pertanyaan kubur diajukan kepada ruh, bukan jasad. Menurut sebagian ulama lainnya, ruh manusia akan dimasukkan ke dalam jasadnya sampai ke dadanya. Sebagian ulama lainnya berpendapat, berada di antara jasad dan kain kafannya. Pendapat para ulama di atas didasarkan pada riwayat-riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan. Pendapat yang shahih menurut ahli ilmu adalah bahwa manusia harus meyakini adanya siksa kubur dan tidak usah mempermasalahkan mengenai bagaimana bentuk siksa kubur itu. Karena hanya Allah SWT yang mengetahui kepastiannya. Kita pun akan mengetahuinya, jika kita telah kembali ke haribaan Allah SWT. [] Sumber Buku Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh Syekh Abdul Hamid Al-Anquri Ulama Abad ke-8 Tubuh Bernanah dan Kaki Membesar Janin Menghilang Setelah Tujuh Bulan DikandungJenazah Merekat di - Masih ingat sensasi membaca judul-judul di atas pada era 2000-an? Kita mungkin bergidik ngeri dan mengelus dada sambil berucap, "Amit-amit." Kisah-kisah fenomenal tentang siksa kubur itu kini meredup dan perlahan ikut terkubur juga, bersamaan dengan tamatnya sang pionir cerita mistis religius di Indonesia. Saksikan bagian pertama dari seri tulisan Senja Kala Media Cetak, "Hidayah Undercover Kisah Di Balik Cover Seram Majalah Hidayah." ***Pada tahun yang sama ketika Soeharto lengser dari tahtanya, di negeri jiran Malaysia terbit satu media cetak yang kelak melegenda, kita mengenalnya dengan nama Hidayah. Mottonya waktu itu Sebuah Daiges Islam. Digest adalah majalah kecil atau intisari. Orang-orang Melayu kala itu sedang gandrung-gandrungnya cerita mistis, puluhan judul digest misteri tayang tiap bulannya. Penerbit Hidayah PT Variapop Group di Malaysia awalnya menjalankan majalah selebriti Variapop dan menerbitkan beberapa digest lain seperti Variasari yang banyak membahas soal seksologi, Misteri yang mengupas soal hal-hal mistis, dan teranyar Hidayah. Sayangnya, untuk judul terakhir itu hanya beberapa edisi yang laris di pasaran, sedangkan sisanya kurang diminati. Hidayah terbitan Malaysia dengan motto Sebuah Daiges Islam. Istimewa Pemilik Variapop Group H. Mustafa bin H. Ton punya istri orang Indonesia, Wirdaningsih Aminuddin. Akhirnya, H. Mustafa membuka penerbitan di Jakarta. Pada tahun 2000, terbitlah tabloid Berita Indonesia yang ditujukan untuk orang-orang Indonesia yang tinggal di Malaysia. Salah seorang wartawan pertamanya adalah lulusan akidah filsafat IAIN Sunan Kalijaga bernama Ridwan Malik. Kelak Ridwan menjadi pemimpin redaksi pertama majalah Hidayah di Indonesia."Ketika tabloid itu terbit, saya justru ditugaskan untuk fokus membantu Hidayah yang ada di Malaysia. Sejak saat itu saya menulis untuk Hidayah dan sesekali mengisi di Misteri," cerita Ridwan saat dihubungi ERA, Jumat 30/1/2022.Sebelum Hidayah datang ke bumi pertiwi, majalah Sabili sudah lebih dulu moncer namanya di Indonesia. "Bos saya sebagai pengusaha media sangat senang mempelajari media-media yang terbit di Indonesia," kenang Ridwan. "Salah satu majalah yang beliau lihat pesat perkembangannya pada waktu itu adalah Sabili. Beliau jadi melek ternyata majalah Islam luar biasa pasarnya di Indonesia."Meskipun pada awalnya Ridwan pesimis saat bosnya ingin menerbitkan Hidayah di Indonesia, ternyata majalah itu mampu berdiri teguh hingga 15 tahun sebelum pamit, jauh lebih sukses ketimbang di negara asalnya. Pada 1 Agustus 2001, bayi itu lahir, tetapi istilah digest diganti intisari dan terciptalah motto yang akan dikenang panjang Sebuah Intisari mana datangnya kisah-kisah azab di majalah Hidayah?Kantor pertama majalah Hidayah bertempat di ruko sederhana Senkom Amsterdam Kota Wisata Cibubur, Jakarta Timur. Edisi perdananya dicetak eksemplar, dijual seharga dengan diskon 50% dan segera ludes terjual. Hanya dalam kurun setahun, oplah Hidayah tembus eksemplar, bandingkan dengan majalah sebesar Tempo yang hanya berkisar mewawancarai redaktur pelaksana majalah Hidayah, Sari Narulita dan seorang staf redaksi bernama Herry Munhanif untuk berbagi kisah bagaimana mereka mendapatkan kisah-kisah unik bin ajaib saban bulan. Sari sendiri bergabung sejak 2003 bersama seorang kawannya yang aktif di sebuah majalah komunitas. "Saat itu Hidayah sedang menuju puncak angka penjualan tertinggi berdasarkan survei Nielsen," ujar Sari. Majalah Hidayah edisi Maret 2015. ERA/Agus Ghulam Secara umum, Hidayah sukses digandrungi jutaan orang Indonesia lewat formula dua macam kisah yang tayang di sana. Pertama, kisah husnul khatimah atau tentang akhir hidup yang baik. Kedua dan yang jadi andalan Hidayah, kisah su'ul khatimah yang menceritakan akhir hidup para pendosa dengan berbagai azab yang menimpa mereka. Kedua kisah itu dimasukkan dalam rubrik Kisah kisah-kisah itu masih diadopsi dari materi yang tayang di Hidayah Malaysia. Seiring waktu berjalan, animo masyarakat kian tinggi, rubrik Kisah Nyata yang awalnya berisi tiga kisah setiap bulan bertambah jadi empat. Ridwan yang dipasrahi sebagai pemimpin redaksi Hidayah mulai merekrut lebih banyak orang, termasuk Sari dan Herry. Setelah nama Hidayah kian populer, surat-surat dari pembaca datang silih berganti, baik yang dikirim langsung ke alamat redaksi, lewat panggilan telepon, hingga email Hidayah. Dari sanalah kisah-kisah menarik yang bisa diambil hikmahnya berakar dan jadi sumber liputan tim redaksi. "Itu semua kita jadikan informasi awal. Informasi ini kita seleksi mana yang patut ditindaklanjuti dan mana yang tidak," ujar Herry kepada ERA, Selasa 27/1/2022.Selanjutnya mereka turun langsung ke lapangan, mencari tahu detail setiap kejadian, dan bertemu para narasumber yang akan berkisah panjang lebar soal peristiwa yang ramai jadi buah bibir warga kampungnya. Secara teknis memang terdengar sederhana, tetapi kenyataannya tidak, apalagi jika menyangkut liputan soal akhir tragis mereka yang konon narasumber yang enggan buka suara hingga disambut dengan golokTak ada nama asli atau lokasi pasti yang disebutkan dalam rubrik Kisah Nyata. Namun, bukan berarti dengan menyamarkan nama tokoh dan tempat akan mempermudah tim redaksi mengulik informasi. Herry dan Sari mengisahkan betapa susahnya liputan Hidayah dan berhadapan langsung dengan narasumber pernah meliput satu kasus di sebuah desa di Bogor. Ia ditemani seorang pemandu yang menelepon ke kantor Hidayah dan menjadi informan pertamanya. Herry diantar menuju salah satu rumah warga yang tahu persis kejadian lebih lengkap. “Kebetulan cerita yang saya hendak cari tahu berbau su'ul khatimah,” ujarnya. Dan setelah ia diperkenalkan sebagai wartawan, mendadak bapak tuan rumah tutup mulut dan mengarahkannya untuk bertanya ke orang lain. “Di wajahnya seperti ada ketakutan yang luar biasa,” kenang Herry. Sampai segelas kopi ia habiskan, tuan rumah kekeh tak ingin bicara. Herry akhirnya pulang dan hanya mendapatkan beberapa jepret foto lokasi juga pernah melakukan investigasi untuk kisah utama tentang kematian su'ul khatimah. “Sumber utama kami yang rumahnya tidak jauh dari lokasi tahu persis bagaimana tingkah laku almarhum semasa hidup,” cerita Sari. “Sayangnya, saat itu saya kurang berpikir masak-masak dampaknya jika harus mendatangi objek cerita.”Sari pergi ke rumah keluarga almarhum dengan maksud mengonfirmasi kebenaran kisah yang ia dengar. “Kata warga setempat, keluarga almarhum itu jawara dan gampang ngamuk,” ujarnya. Sesampainya di rumah itu, tak ada sambutan hangat untuk Sari, ia diamuk habis dan diusir dengan acungan golok di hanya dua contoh kecil dari sekelumit kisah kesulitan yang kerap dialami tim redaksi Hidayah. Sari pamit dari majalah itu pada 2011, sedangkan Herry terus berada di sana hingga 2016. Bukan karena ia tak lagi betah liputan, tetapi riwayat majalah Hidayah memang tamat saat itu juga. “Sejak Agustus 2016, seiring tren menjamurnya media online, majalah Hidayah tidak lagi terbit,” tutup penggambar cover seram majalah HidayahApalah artinya kisah-kisah ajaib Hidayah tanpa disokong ilustrasi ciamik yang jadi ciri khas majalah itu di sampul depannya. Tanpa perlu membaca isinya, dari sekilas memandangi cover Hidayah dijamin jiwa pendosa kita sudah meronta-ronta. Kisah-kisah Hidayah semakin hidup lewat goresan tangan lelaki bernama Suryadi. Ia adalah ilustrator otodidak yang bertanggung jawab di setiap cover Hidayah."Saya ngegambar buat majalah Hidayah sebelum majalah itu terbit di Indonesia. Awalnya yang punya majalah Hidayah, orang Malaysia datang ke Jakarta, minta saya bikin gambar buat majalah Hidayah," kata Suryadi, dikutip bergabung dengan Hidayah, ia bekerja menjadi ilustrator di majalah wanita dewasa. Lepas dari sana, pemilik Hidayah menghubunginya berkat kontak yang diberikan bekas kantor lama Suryadi. "Awalnya saya diajakin jadi pegawai. Tapi karena bayarannya tidak sesuai, saya milih jadi freelance saja," mulai berkreasi, Suryadi terlebih dahulu mengkhatamkan kisah yang akan ia gambar untuk menemukan 'rasa' dan menciptakan gambaran utuh di kepalanya. Setelah itu barulah ia mulai menuangkannya di atas kertas. Jika mood-nya sedang baik, cukup seminggu ia merampungkan kerjaannya. Paling lama ia menghabiskan waktu setengah bulan. Sebagai seorang freelancer, Suryadi dibayar Rp300 ribu per ilustrasi yang ia gambar. Suryadi memutuskan cabut dari Hidayah pada tahun 2015. Ia melanjutkan bekerja lepas sebagai ilustrator untuk penerbit buku pelajaran. Satu tahun setelah sang ilustrator pensiun menggambar mayat penuh siksaan, majalah intisari Islam itu ikut pamit dan tinggal memang sudah pergi, tapi kisahnya abadi. Kini, ketika mengenang soal kisah-kisah azab dan hikmah, namanya yang akan pertama terbayang di ingatan kita. Bayangan tentang bagaimana dulu kita selalu bertekad untuk tobat setiap rampung membaca kisah-kisah akhir hayat yang memilukan, sembari berdoa Semoga kematian kita bisa lebih baik lagi. - Saya terlahir di lingkungan keluarga Tionghoa yang menganut agama Toapekkong di daerah PTP Perkebunan V Sei Karang, kebun Tanah Raja sekitar 50 km dari kota Medan. Sewaktu mama saya melahirkan adik yang kesepuluh, rupanya kembar dua, yang satu meninggal dunia. Oleh papa, adik yang meninggal itu dikuburkan begitu saja, tanpa upacara, sebagaimana lazimnya jika yang meninggal itu orang dewasa. Bahkan peti yang digunakan untuk mengubur adik saya diambil dari kotak sabun. Betapa sedihnya hati saya ketika menyaksikan kenyataan tersebut. Alangkah berbeda ketika saya menyaksikan penghormatan luar biasa yang diberikan tatkala seorang paman saya yang sudah tua meninggal dunia. Segala perbekalan ikut dimasukkan ke dalam kuburan, sebagaimana layaknya seorang hidup yang akan bepergian jauh. Ketika persoalan perlakuan yang berbeda ini saya tanyakan kepada orangtua saya, saya dibuat terperanjat. Sebab, menurut paham yang diyakini secara turun temurun oleh penganut Toapekkong bahwa bila yang mati itu anak kecil atau bayi, maka kematiannya dianggap suatu malapetaka, pembawa sial bagi seluruh keluarga. Mendengar keterangan yang seperti itu, kecutlah hati saya, karena pada saat itu saya masih termasuk anak-anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Sejak kejadian itu, saya pun menjadi ragu dengan kebenaran ajaran yang dianut keluarga kami, karena membedakan manusia dari umurnya, bukan dari amal perbuatannya. Kami tinggal di dalam lingkungan yang mayoritas beragama Islam, dan berdekatan dengan masjid yang kala itu baru saja dibangun oleh warga. Awalnya saya hanya memandang heran terhadap apa yang mereka kerjakan, baik kala berwudhu maupun saat shalat. Tetapi lama-kelamaan, pandangan saya itu berubah dan melahirkan suatu ketakjuban yang luar biasa, mungkin lebih daripada apa yang mereka lakukan dan rasakan. Rasanya, belum ada agama yang mengajarkan kebersihan dan keagungan setinggi ini, kecuali ajaran agama Islam. Bersih pakaian, bersih badan, bersih tempat, dan bersih hati, untuk menghadap Tuhan Yang Maha Suci. Dengan demikian, saya pun mulai tertarik kepada ajaran agama MALARIA Sampai pada suatu hari di bulan Februari 1969, saya menderita penyakit berat. Badan saya menjadi kurus dan ceking. Saya hanya berbaring di tempat tidur. Kata dokter, saya menderita malaria tropicana. Tiba-tiba suatu bayangan yang mengerikan mendadak menyusup ke dalam hati saya. Betapa tidak, bila saya mati saat itu, adalah suatu kesialan bagi keluarga. Belum lagi membayangkan apa yang akan saya temui setelah berada di dalam kubur. Di saat itulah saya mengharap pertolongan. Tetapi, kepada siapa ? Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara adzan maghrib dari masjid sebelah rumah. Terbayanglah oleh saya saat mereka berdoa mengangkat tangan dan menengadah, dan saat mereka shalat menyembah Tuhan dengan mengangkat kedua tangan sambil menundukkan kepala. Saat mereka berada dalam kesucian dan keheningan menghadap Tuhan mereka. "Ya Tuhan inilah yang dapat menolongku. Dialah Tuhan satu-satuya. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Tuhan yang disembah orang-orang Islam. Dialah yang dapat menolongku." Begitulah suara batin saya saat itu. Tiba-tiba bibir saya berbisik pelan, "Tuhan berilah aku kesempatan untuk memasuki agama-Mu, agar aku dapat mengamalkan ajaran agama-Mu!" Tampaknya Tuhan memberikan kesempatan, dan saya pun merasa kian sembuh dari penyakit. Tanpa menanti waktu lebih lama, karena saya tidak tahu, apakah saya akan sembuh benar atau tidak, saya pun pergi meninggalkan rumah dan keluarga menuju ke tempat di mana saya dapat masuk Islam. Singkat cerita, di tanggal 3 April 1969, di masjid Taqwa Lubuk Pakam, saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat, dibimbig Ustadz Hasan Basri, disaksikan para jamaah yang memenuhi ruangan masjid itu. Allahu Akbar! Setelah sembuh, saya kembali ke rumah orang tua. Rupanya seisi rumah sudah mengetahui perihal keislaman saya itu. Mama menyambut saya dengan isak tangis. Dan, dalam dekapannya mama membisikkan ucapan yang tidak pernah dapat saya lupakan sepanjang hidup. "Mama tidak dapat menahanmu kalau kau masuk Islam. Tetapi mama pesan, kalau masuk Islam jadilah orang Islam yang benar. Jangan kepalang tanggung. Kalau tidak, kembalilah segera sebelum bertambah jauh. Pesan mama inilah yang menyadarkan kewajiban saya untuk segera mendalami ajaran Islam. Maka, saya yang mendapat nama baru Alifuddin El-Islamy pun mulai merantau menuntut ilmu agama. Setelah belajar Al-Qur'an kepada Ustadz di Lubuk Pakam, lalu ke Bukittinggi dan di Padang Panjang, Sumatera Barat. Di samping belajar, saya juga aktif berdakwah. Beberapa tempat telah saya singgahi. Bahkan, ketika saya pindah ke Palembang untuk melanjutkan pendidikan ke IAIN Raden Fatah, saya sudah ditempatkan di bagian Pembinaan Kerohanian PT Pupuk Sriwijaya Palembang, dan bekerja selama 11 tahun. Albaz

cerita hidayah bangkit dari kubur