Cerita17 tahun Siswi SMA yang Nakal Namaku adalah Andi (bukan nama yang sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung. Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh.
tibatiba aku tersentak melihat pantatnya yang bulat. Vaginanya terjepit diantara kedua belah pahanya. Terlihat wajah kedua suami istri itu cemas dengan apa yang akan kulakukan. Mereka heran bagaimana bisa sang nyonya tidak mengenakan celana dalam lagi. Perlaha kudekatkan wajahku ke belahan pantat dan vagina si nyonya yang terjepit pahanya.
Lamaposisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Yonas semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Pak Yonas menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku.
Berangkatlahaku dan Pak Yonas menuju sebuah hotel didaerah lembang, hatiku semakin tak karuan ketika ternyata Pak Yonas sudah membuking sebuah kamar di hotel itu, dan kami tidak langsung menuju restoran hotel melainkan masuk kesebuah kamar karena katanya mereka janji sekitar jam sembilan dan masih tersisa waktu satu jam.
CeritaDewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa . Normalnya dia bakal melihat rona mukanya sendiri berubah merah karena perasaannya yang campur aduk, tapi kali ini agak susah bagi dia. Rumah itu baru terisi mereka berdua, Bram dan Sovi, yang menikah tahun lalu. Hingga malam itu
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhir kesucian rumah tanggaku. Tanganku mencengkram erat tubuh Pak Yonas dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya, perlahan tetes air mata mengalir disudut mataku yang terpejam. Lalu Pak Yonas mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang vaginaku."Ohh.. Alya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat.." Pak Yonas terus mengocok vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa pedih dihatiku terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan."Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh.." lama Pak Yonas memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Pak Yonas aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Pak Yonas. Untuk beberapa saat Pak Yonas menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Pak berapa lama kemudian Pak Yonas mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku."Oh.." ada sesuatu yang hilang rasanya dari ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya senjata Pak Yonas melalui jalan belakang dan kembali menancap di vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginakuGesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vaginaku, tanganku mencengkram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan."Ohh.. Alya.. sayang.. bawa aku ke puncak.. Ohh.."Pak Yonas benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan Pak Yonas. Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Pak Yonas mesih saja berpacu diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku, kurasakan penis Pak Yonas menghujam telak keliang senggamaku yang mendudukinya. Kocokan demi kocokan yang semakin gaencar kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah dalam, erangan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku benar-benar melepaskan seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Yonas semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Pak Yonas menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku."Akhh.." Pak Yonas mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku. Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Pak Yonas roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Pak Yonas mulai beringsut menjauh dari tubuhku."Terima kasih Alya sayang.." setengah sadar dan tidak kudengar Pak Yonas membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mengambil sesuatu dari meja riasku dan berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang lima sore aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan capek bukan kepalang, aku tersentak kaget begitu kulihat jam di dinding kamarku menunjukan pukul lima sore. Oh.. sebentar lagi suamiku Mas Rohan pulang bagaimana kalau ia mendapati keadaan diriku yang seperti ini dengan sisa sperma yang mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan sperma Pak Yonas keluar meleleh dari dalam vaginaku bercampur dengan cairan rahimku dan membasahi seprei tempet tidur. Setengah merangkak aku menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan dosa, guyuran air hangat membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek itu masih tersa ditubuhku. Kulihat vaginaku memerah dan bekas cupangan nampak di payudaraku, lama aku berada di kamar mandi menunggu cairan sperma Pak Yonas keluar semua meninggalkan liang rahimku. selesai mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dang mengganti seprei serta sarung bantil guling dengan yang masih baru, aku tak ingin Mas Rohan masih termenung memikirkan kejadian siang tadi, aku mengutuk diriku sendiri dan sangat menyesal dengan hal itu. Bajingan benar Pak Yonas itu, ia telah menodai kesucian rumah tanggaku yang selama ini kujaga dengan baik. Yang lebih kusesalkan lagi akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Belum pernah aku merasakan senggama sepanjang itu dengan Mas Rohan, aku bisa mencapai klimax sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan Pak Yonas. Jam delapan malam suamiku baru sampai dirumah."Maaf ya Sayang, aku nggak sempat pulang makan siang, soalnya ada klien dari Jepang yang mengajakku makan siang""Nggak apa-apa kok Mas.." hanya itu yang keluar dari kejadian itu telah berlalu dan akupun menutup rapat mulutku dari siapapun walaupun itu teman baikku, aku tak ingin rumah tanggaku hancur dengan perceraian gara-gara kejadian itu. Dan selama itu pula aku aku mengabdi benar-benar kepada Mas Rohan suamiku, aku ingin membalas kelakuanku itu dengan menjadi istri yang baik dan mengabdi pada suami, tapi tetap saja perasaan bersalah itu terus menghantuiku. Kadang suamiku heran dengan perubahanku yang terkadang memanjakan dirinya, selama itu pula aku selalu berada dirumah, aku takut bertemu dengan bajingan itu ketika suamiku menjamu klien yang lumayan besar disebuah restoran, kami datang dengan pasangan masing-masing dan inilah kali pertama aku bertemu dengan Pak Yonas yang ikut pada jamuan makan tersebut. Ia datang bersama teman wanitanya yang lumayan cantik, katanya ia telah resmi bertunangan dengan wanita itu. Agak grogi aku ketika bertatapan dengan matanya."Selamat malam Bu Alya apa kabar?, kenalkan ini Widya tunangan saya!".Aku diam dan bersalaman dengan tunangannya, aku heran ternyata sikapnya masih sopan dan ramah padaku seakan tidak pernah terjadi sesuatu diantara kami. Klien suamiku kali ini seorang pria yang sudah berumur dengan tubuh yang agak tambun, ia didampingi teman wanitanya yang cantik dan agak nakal, aku tahu dari sikapnya ia hanya seorang perempuan panggilan yang sengaja menemaninya. Pak Wirya nama lelaki itu, yang tidak kulupakan ia mempunyai tatapan yang nakal ketika melihatku seakan menelanjangi seluruh tubuhku dan menghempaskannya ketempat tidur. Dari gaya bicaranya pun ia terdengar agak kurang ajar dan membuatku sangat muak mendengarkannya. Tidak ada kejadian apa-apa malam itu, aku pulang dengan suamiku dan perpisah dengan pasangan Pak Wirya dan Pak menjadi kegiatan rutin Mas Rohan suamiku untuk memberikan laporan bulanan kekantor pusat di Jakarta dan hal ini kadang membuat Mas Rohan harus menginap dijakarta. Biasanya ia pulang kerumah orangtuanya dan menginap disana, dan aku terpaksa sering ditinggal sendiri di Bandung. Seperti kali ini suamiku mesti kembali ke Jakarta dan menginap disana selama tiga hari, karena katanya akan ada meeting dengan dewan komisaris hari berikutnya. Seperti biasa sore itu baru saja aku kembali dari toko swalayan untuk membeli kebutuhan dapur, ketika sampai didepan pintu rumah kudapati sebuah bungkusan kado tergeletak disana. Dengan rasa penasaran kubuka bungkusan itu dan ternyata isinya adalah sebuah VCD kaset yang bertuliskan namaku di covernya, kuperhatikan sekeliling rumahku untuk mencari orang yang meletakan VCD tersebut tapi tidak kutemukan. Bergegas aku masuk dan kunyalakan VCD player di ruang tengah tempat kami biasa menonton TV. Mataku terbelalak kaget dan tubuhku menggigil ketika menyaksikan adegan dilayar TV, seorang wanita dan seorang lelaki tengah bergumul diatas tempat tidur yang tak asing lagi bagiku. Ya.. itu adalah adegan aku dan Pak Yonas waktu itu dengan sangat jelas tergambar adegan demi lemas dan kepalaku menjadi pusing, belum aku menyadari apa yang terjadi terdengar suara telepon berdering, perlahan kudekati dan kuangkat.."Gimana Sayang..? baguskan VCDnya?" kudengar suara yang tak asing lagi di gagang telepon."Pak.. Pak Yonas.. kurang ajar.. bajingan kamu.., belum puas kamu memperkosaku..""Ah sayang, bukankah kau juga menikmatinya, sengaja VCD itu kukirim buat kenang-kenangan""Biadab aku sudah.. membuangnya..""Nggak apa-apa aku masih punya copynya kok, kalau kamu mau aku bisa mengirimkannya lagi""Bajingan..! serahkan copynya padaku, aku nggak mau benda itu dilihat orang lain""Bisa saja Sayang, asal kau mau memenuhi permintaanku..""Kau mau apa lagi dariku..""Aku cuma ingin kau menemaniku makan malam, aku ada teman yang mengajakku makan malam dan harus membawa teman wanita""Gila bagaimana kalau suamiku tahu..?""Tenang saja dia kan lagi diluar kota.. pokoknya aku jemput nanti jam setengah enam" tanpa mempedulikan jawabanku ia menutup bingung kepalaku tambah pusing gimana kalau suamiku mengetahui hal ini, buru-buru kuambil VCD itu dan kubakar sampai tak bersisa. Malam itu seperti janjinya Pak Yonas datang kerumah untuk menjemputku, tapi aku menolak aku tak mau terjebak untuk yang kedua kali oleh laki-laki ini. Tapi kemudian ia mengancam akan menyebarkan VCD itu ke internet dan menyerahkannya ke suamiku, aku seperti makan buah simalakama. Akhirnya aku mau juga ikut dengannya, karena kupikir paling buruk ia meniduriku lagi walaupun ia hanya mengatakan untuk ditemani makan malam dengan temannya. Pak Yonas menyuruhku memakan gaun terseksi yang aku punya dan akupun melakukannya, gaun tanpa lengan warna ungu dengan bawahan yang menjuntai kelantai menutupi kakiku. Aku benar-benar sexy dan anggun malam itu seakan hendak mengikuti acara formal saja, gaun sebatas dada yang terpaksa menonjolkan belahan payudaraku melekat ketat membuat puting susku tergambar dengan jelas karena gaun seperti ini memang dirancang untuk tidak mengenakan . . .
Já narrei quatro casos que aconteceram comigo. A partir deste só me referirei a momentos pontuais. Bem vamos lá morando em Recife, e um bairro de classe média, com 16 anos na época. E quem leu algumas de minhas narrativas viu que apesar do tempo onde havia muito preconceito 1970 eu estava adiante. Bem na época a domestica de nossa casa Maria D. de 32 anos, era minha parceira de putaria. Já tínhamos ido para cama com uma garota de minha idade, a qual tirei os cabaços de boceta e cu. De Maria também seu cu. Bem nossa parceira Marl. havia se mudado de nosso bairro, e naquele momento só fodia com Maria D. Em nossa rua tinha uma senhora de uns sessenta anos na época, que inclusive era minha madrinha não sei do que . Ela era uma das mais antigas moradoras. Me viu nascer. Ela tinha uma sobrinha que morava no interior que estava tendo problemas com o namorado, e ela resolveu trazer a mesma p/Recife. A sobrinha era de nome Vera fictício . Morena clara de uns meia cheinha, pernas bem grossas, peitinhos médios, bunda bem avantajada, sem um pingo de barriga, bem lisinha. Dona Bia fictício , a sua tia por ter muita amizade com Maria D. pediu para que ela conversasse com Vera, na tentativa dela esquecer o marmanjo, que não valia um vintém. Logo a quem! fez amizade com Vera. Chegando a fazer sua cabeça, e as duas passaram a sacanagem. Ai fez a cabeça de Vera para que eu participasse. A primeira vez, ela ficou encabulada, houve muito pouca sacanagem. Ela nem me deixou comer sua bocetinha, que na real até hoje não vi uma mais bonita. Quando ela viu eu e fodendo ficou doidinha. Falou a que da próxima faria tudo que ela quisesse. Ai foi. Dias depois marcamos a tarde em minha casa no quarto de como sempre. Vera chegou, começamos nas peliminares, ela encantada conosco eu e quando chegou sua hora ela já estava toda gozada, devido a chupada que lhe dera. Fui as poucos ganhando sua confiança, beijando todo seu corpo, beijei sua boceta, e fui tentar comer sua bundinha, que ela recusou. Nunca havia dado. Fomos fodendo, a colocando em diversas posições, ela só fodera com o namorado papai e mamãe. Ela adorou e a partir dai era foda quase todo dia. Ai dona Bia desconfiada de tanta atenção que estávamos dando a Vera, indagou de e esta vendo abertura contou tudo. Ela só fazia rir segundo e disse que não se importava, só tivessem cuidado com gravidez. Passado alguns dias, estávamos só eu e dona Bia em sua casa a qual eu sempre frequentava. Ela tocou no assunto, dizendo que nunca imaginava que eu fosse tão sem vergonha, tão novo e tão cafado. Fiquei sem resposta, mais ela disse tudo sorrindo. Em outra oportunidade quando estávamos novamente sozinhos, eu e dona Bia, ela falou que gostaria de ver eu com ou com Vera. Marcamos um plano. Alguns dias depois ela falou com Vera dizendo que iria resolver uns assuntos de seu açougue e que ia demorar. Eu logo após fui a sua casa e Vera achando que a tia demoraria aproveitamos e comecamos nas sacanagens. Só que dona Bia não havia saído, conforme condenado assim que entrei ela entrou escondida, e ficou nos observando as escondidas. Quando terminamos ela se chegou, como se nada vira, e pediu para Vera ir a padaria com Quando ficamos sós. Ela disse que fazia muito tempo que não tava uma gozada tão gostosa, só seria melhor se eu a fodesse. Fiquei sem reação aladissesei é loucura. Mais fodasse tudo, faz tempo que não levo uma rola. Ai fui me acostumando com a ideia, tirei sua roupa, vi que ela ainda tinha um corpo bonito, pernas grossas lisinhas, peitos grandes já começando a cair, e uma boceta tamanho de um trem, que estava depilada recente. Fui beijando e chupando seus peitos, sua barriga, a coloquei deitada de costas, comecei beijando suas costas, e comecei a ralar o cassete em sua bunda. Ela disse. Ta acustunado a comer uma bundinha né? Eu nunca dei, mais estou com vontade de deixar voçe comer, não quero morrer sem sentir uma rola dentro do meu cu. Mais hoje não. Coloquei ela de quatro empurrei de vez o cacete, ela já estava toda molhada, deu uma rebolada, gozou. Depois coloquei na posição frango assado, empurrei tudo e ela gozou novamente. Me empurrou deixando-me deitado de barriga para cima, pegou meu cassete deu uma chupada, e quando viu que ia gozar, veio para cima de mim e gozamos juntos, ela só faltando arrancar meu cassete de tanto rebolar. A partir daquele momento fudemos muitas vezes. Vera nunca soube, mais Maria D. Sim. Depois dona bia me deixou comer seu cu, e também abriu caminho para eu comer outra coroa da rua, e uma casada vizinha. Depois conto.
Apabila memandang laut yang membiru aku teringat akan perjalanan hidup air laut pasang dan surut silih berganti penuh dengan warna-warna suka dan duka. Sambil menarik nafas yang panjang dan memeluk erat tubuh aku melemparkan pandangan ke arah desiran ombak yang menghempas kali sang ombak menghempas pantai akan kelihatan buih-buih memutih yang berapungan membasahi gigian. Sekejap timbul apabila ditolak ombak dan sekejap hilang apabila ditarik ombak. Bayu laut yang berhembus nyaman dan perlahan terasa segar dan dingin menyapu seluruh aku asyik mengelamun jauh sambil menghirup udara pantai yang segar tiba-tiba aku teringat akan kata-kata yang menyebut bahawa hari ini hidup kita penuh dengan hilai tawa dan keriangan. Tapi esok belum pasti lagi kerana kehidupan kita mungkin akan bertukar menjadi kesedihan dan tidak pasti dari mana datangnya kata-kata itu. Namun itulah hakikat dan kenyataan yang harus dihadapi dalam hidup ini. Hari-hari yang kita lalui tak semestinya penuh dengan keindahan. Ada juga hari yang terpaksa kita lalui dengan kemudian lalu mendongakkan kepala memandang ke langit. Matahari yang meninggi kelihatan bersinar dengan begitu indah sekali. Butiran pasir yang halus dan putih seakan-akan berkilauan bagaikan mutiara di dasar lautan apabila disinari cahaya matahari yang aku memandang semula ke arah ombak yang tak putus-putus menghempas pantai. Dalam melayari kehidupan perlu kuat dan tabah. Jangan sesekali menjadi lemah atau mudah mengalah menghadapi dugaan yang yang berkata bahawa bukan hidup namanya kalau tidak berdepan dengan cabaran. Tidak kurang juga yang berkata bahawa tidak sempurna hidup ini kalau tidak menghadapi ujian. Kerana semua itu sudah menjadi asam garam dalam kehidupan seakan-akan melekat ke arah desiran ombak yang menghempas pantai. Angin laut yang tadinya bertiup dengan perlahan dan nyaman tiba-tiba bertukar menjadi kencang. Pohon-pohon menghijau yang tumbuh di tepi pantai kelihatan seperti menari-nari mengikut rentak angin yang bertiup. Sekejap beralih ke kanan dan sekejap beralih pula ke semua kemanisan umpama madu yang dapat kita telan dalam hidup ini. Adawaktunya kita terpaksa menelan kepahitan yang bagaikan hempedu. Tak semestinya hari-hari yang kita lalui disinari dengan cahaya. Adaketikanya kita terpaksa melaluinya tanpa cahaya dan lalu menarik nafas yang panjang. Sinaran matahari yang terang-benderang di kaki langit menyinari seluruh kawasan pantai yang indah dan bersih. Suara ombak yang melanda pantai jelas kedengaran bergema membelah suasana yang penuh dengan ketenangan dan mengapa dengan tiba-tiba sahaja aku teringatkan kata-kata bahawa dalam hidup ini ramai orang yang bergembira yang akan berada di sekeliling kita pada setiap waktu dan ketika. Namun tidak seorang pun yang akan berada di sekeliling kita di kala menjadi lumrah dalam kehidupan manusia. Hanya mahu bergembira sahaja dan tidak ingin sesekali merasa duka. Aku kemudian lalu mengalihkan pandangan ke arah pohon-pohon yang kelihatan seperti mengangguk-angguk apabila ditiup angin. Seolah-olah bersetuju dan mengakui akan kebenaran kata-kata juga aku akan kata-kata yang menyebut bahawa hidup ini adalah satu perjuangan. Selagi masih hidup dan bernafas selagi itulah kita akan terus berjuang. Dalam perjuangan adakalanya kita menang dan adaketikanya kita tewas. Itulah adat dalam kurang juga yang mengatakan bahawa hidup ini tak ubah seperti satu perhentian. Berjalan dari satu destinasi ke satu destinasi untuk mencari perhentian. Adawaktunya kita sampai ke perhentian yang dituju. Namun adaketikanya kita jatuh tersungkur dalam perjalanan menuju ke yang menghijau kelihatan seperti terbuai-buai apabila disapu angin yang datang daripada arah laut. Daun-daun yang berwarna keperangan dan kekeringan yang berguguran ditiup angin kelihatan bertaburan memenuhi permukaan pasir pantai yang halus dan aku teringatkan masa silam yang dilalui yang penuh dengan warna-warna keindahan. Hatiku meronta-ronta untuk kembali semula ke masa yang penuh dengan kegembiraan itu. Tapi apakan daya ia akan terus berlalu pergi dan tidak akan lagi mengetuk pintu juga dengan perjalanan usia yang kita lalui sebagai manusia di dunia yang fana ini. Dari sehari ke sehari usia kita semakin meningkat dan bukannya mengundur semula ke belakang. Rambut yang dahulunya hitam lalu bertukar menjadi uban yang memutih. Itulah tandanya kita telah memasuki usia segar dan dingin angin laut yang bertiup jelas terasa menyapu seluruh tubuhku. Aku terus memandang laut membiru yang luas terbentang. Dalam fikiranku asyik memikirkan tentang pentingnya masa dalam kehidupan ini. Sesungguhnya masa itu adalah ibarat emas yang begitu amat bernilai dan berharga sekali. Oleh itu ia perlu direbut dan bukannya kerugian kerana tidak memanfaatkan sepenuhnya masa yang telah tiba-tiba aku teringatkan kata-kata yang menyebutkan bahawa janganlah terlalu mendabik dada apabila sudah berjaya mencipta kejayaan. Sebaliknya jadilah seperti padi yang semakin tunduk apabila semakin hidup ini adakalanya kita diuji dalam membuat sesuatu keputusan itu. Sehingga kita menjadi dilema dan serba salah untuk mendapatkan keputusan yang terbaik. Namun aku teringatkan kata-kata yang menyebutkan bahawa dalam membuat sesuatu keputusan itu fikirkanlah dengan sepenuh pertimbangan serta bijaksana dan bukannya secara terburu-buru sehingga merugikan diri berdiri memeluk tubuh aku memerhatikan ombak yang tak henti-henti melanda pantai. Cuaca cerah dan terang-benderang masih lagi menyinari seluruh kawasan pantai. Aku pernah mendengar ungkapan yang menyatakan bahawa janganlah hendaknya sesekali kita lupa pada asal apabila kita sudah berjaya meletakkan diri di puncak kejayaan kita malu mengaku dari mana kita datang. Oleh itu janganlah kita lupa pada kampung halaman yang menjadi tempat kita dilahirkan dan merasa bersyukur dengan segala yang telah kita miliki dalam hidup ini. Janganlah sesekali kita mengeluh mahupun merintih dengan kekurangan yang kita hadapi dalam melalui kehidupan ini. Kerana semua itu adalah ketentuan daripada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemudian lalu mengalihkan pandangan ke seluruh kawasan pantai yang cantik dan bersih. Suara sang ombak yang tak putus-putus melanda pantai terus kedengaran membelah suasana. Lalu aku melafazkan rasa kesyukuran yang tak terhingga ke hadrat Allah SWT kerana dapat menikmati keindahan aku akan kata-kata yang menyebutkan bahawa kita tidak pernah memikirkan akan apakah tujuan dan matlamat sebenarnya perjalanan hidup kita ini. Aku tidak pasti daripada mana datangnya kata-kata yang mempunyai maksud yang begitu amat mendalam sekali. Umpama lautan biru yang terbentang luas apabila adalah kita jangan terlalu asyik untuk memburu keseronokan dan kegembiraan dalam hidup ini. Sebaliknya sebagai hamba maka jalankanlah tanggungjawab kita untuk beriman dan bertakwa terhadap Allah SWT untuk mendapat kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia mahupun itu benar-benar menjadikan aku tertanya-tanya dalam diri. Apakah aku telah sempurna dalam kehidupan seorang yang bernama manusia? Atau aku lebih banyak menghabiskan masa dan lalai dengan kemewahan serta kelazatan hidup di dunia. Ya, Allah! Jadikanlah aku insan yang sentiasa taat dan patuh pada perintah-MU dengan berbuat segala kebaikan dan menjauhkan daripada melakukan kemungkaran serta kemaksiatan. Demikian doa di hati kecilku aku teringatkan kata-kata bahawa cawan mana yang tak pecah. Pinggan mana yang tak retak. Lidah mana yang tak tergigit. Gading mana yang tak retak. Bumi mana yang tak ditimpa hujan. Sesungguhnya aku adalah seorang manusia yang lemah. Tidak dapat lari daripada melakukan salah dan silap. Baik yang kecil mahupun yang besar. Sama ada disedari ataupun Tuhan Yang Esa aku memunajatkan doa. Agar diberikan keampunan ke atas segala dosa-dosa yang telah aku lakukan. Sebagai insan yang serba kekurangan diri kuakui bahawa tidak dapat mengelak dan lari daripada melakukan sebarang kesilapan mahupun kekhilafan. Sesungguhnya aku amat takut dengan azab seksa-MU yang pedih dan amat menyakitkan atas kesalahan dan kesilapan yang telah aku lakukan itu. Jadikanlah aku insan yang sentiasa mendapat rahmat dan perlindungan-MU sentiasa. Doa di hati desiran ombak terus kedengaran menghempas pantai. Aku menarik nafas dengan sedalam-dalamnya. Rasa dingin dan nyaman angin yang datang daripada arah laut jelas terasa mengusapi seluruh tubuhku. Inilah yang dinamakan sebagai warna-warna dalam kehidupan! Demikianlah bisikku dalam hati warna termasuk corak yang menghiasi perjalanan dalam hidup ini. Ada warna dan corak yang begitu indah dan cantik apabila dipandang mata. Tidak kurang juga warna dan corak yang amat pedih dan perit menghiasi lukisan perjalanan hidup ini. Namun itulah hakikat dan kenyataan yang harus aku hadapi sebagai seorang yang bernama manusia. Dalam meneruskan perjalanan hidup ini selagi mata masih lagi terbuka dan nafas masih lagi belum terhenti. Aku kemudiannya lalu mengatur langkah meninggalkan pantai dan membiarkan sang ombak terus menghempas gigian Ini Adalah Satu PerjuanganCerpen “Bukanlah Bererti Hidup Ini Telah Berakhirâ€Mencari Keberkatan HidupPesan Buat Anak-AnakkuCerpen “Meniti Dugaanâ€
Haruskah kita sedih atau gembira melihat keadaan ini …? teman benar-benar saatnya kini kita sadar kita dan meninggalkan semua keburukan menuju kebaikan, dan saling ajak mengajak ke kebaikan, mendirikan sholat terutama dengan berjamaah, barangsiapa yang mengawali ke kebaikan maka ia akan medapat pahala orang yang mengamalkannya dan barangsiapa yang megajak ke keburukan dia juga akan mendapat dosa orang yang mengamalkannya mari teman kita bertobat tinggalkan segala keburukan Para moderator, admin, tolong fikirkan kembali kegiatan kita ini Kita tanya hati nurani tegakah kita bawa orang lain ke keburukan …?
Setelah mengeringkan badan, kutatap tubuhku didepan cermin kamar mandi, dan akupun tersenyum sendiri melihat kemolekan tubuhku. Sepasang gumpalan gading yang membusung dengan porsi tak kurang dari 36b, perut yang ramping dan kaki yang jenjang semua itu selalu kurawat dengan baik untuk aku persembahkan kepada suamiku tercinta. Aku mulai mengelus bulu-bulu hitam yang tumbuh di antara kedua paha mulusku, segera kuambil gunting kecil untuk memangkas bulu-bulu itu yang sudah mulai panjang. Aku memang selalu mencukurnya bila demikian agar selalu kelihatan rapi, setelah kubersihkan dengan sabun sirih yang dapat membuat wangi aroma vaginaku lalu aku mulai mengenakan pakaian. Aku mengenakan bluos model 'U can C' dengan rok yang agak panjang menutupi saja kunyalakan TV diruang tengah untuk melihat telenovela kesayanganku, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi tanda ada seseorang datang bertamu."Sebentaar..!"Bergegas aku menuju pintu depan untuk membuka pintu, kupikir tumben Mas Rohan pulang secepat ini untuk makan siang."Selamat siang Bu..""Eh.. Pak Yonas, ada apa Pak?" ternyata tamu itu adalah Pak Yonas asisten suamiku."Anu Bu, Bapak ada meeting dengan klien dari jepang siang ini dan Bapak membutuhkan berkas yang ketinggalan di rumah, jadi.. saya diminta Bapak untuk mengambilnya kesini", dengan sopan Pak Yonas menyampaikan maksud kedatangannya."Oh.., hmm tapi saya nggak tahu mana berkas yang Bapak butuhkan, soalnya banyak file yang menumpuk di meja Bapak, nanti saya ambil dulu ya Pak.. mari silakan duduk dulu!""Oh.. iya Bu, tapi maaf Bu.. kalau boleh saya minta segelas air, kalau enggak merepotkan?""Ah enggak kok, sebentar saya ambilkan, silakan duduk dulu!", kemudian aku menuju dapur dan kembali membawa dua gelas es sirop ke ruang tamu."Silakan diminum Pak, saya ambil berkasnya dulu ya""Iya Bu, Terima kasih".Lalu aku menuju ruang kerja Mas Rohan untuk mengambil berkas yang dimaksud, tapi karena aku tidak tahu mana berkas yang di maksud akhirnya kubawa semua map yang berisi berkas-berkas yang ada di meja kerja suamiku."Ini Pak, tapi saya nggak tau berkas yang mana", kemudian saya duduk setelah menyerahkan berkas-berkas tersebut."Iya Bu, biar saya cari sendiri""Lho kok airnya belum diminum, ayo Pak minum dulu""Oh iya Bu makasih".Pak Yonas mengambil gelas sirop yang ada di hadapannya dan akupun mengambil gelas yang ada di depanku untuk sekedar menemaninya minum. Lama Pak Yonas memilih berkas yang kuberikan sambil kuperhatikan didepannya, dengan teliti Pak Yonas mengamati berkas-berkas tersebut. Rupanya mungkin karena matahari yang mulai meninggi sehingga aku merasa agak gerah menyerang tubuhku, padahal aku baru saja mandi sebelum Pak Yonas datang. Entah apa yang terjadi, yang jelas kurasakan ada sesuatu menyerang diriku, rasa gerah itu meninggi sehingga menimbulkan gairah dalam dadaku. Aku semakin kelihatan gelisah dan rasanya sensitifitas tubuhku kian bertambah saja karena sedikit saja pantatku bergerak untuk bergeser dari tempat dudukku, rasanya gesekan itu semakin nikmat menekan belahan vaginaku dari luar. Untung saja Pak Yonas terfokus pada berkas-berkas tersebut sehingga tidak menyadari kalau aku semakin tampak gelisah. Kutatap Pak Yonas yang lagi asyik dengan berkas-berkas dihadapanku, semakin tambah saja gairah birahi didadaku. Sosok tubuh Pak Yonas mengingatkan aku akan belaian tubuh Mas Rohan suamiku, Oh.. Tuhan mungkin aku mulai gila karena tiba-tiba saja aku membayangkan tubuhku dicumbu oleh Pak Yonas. Detik berikutnya aku merasa pusing menyerang kepalaku dan rasa kantuk menyerang kedua mataku."Maaf Pak, saya tinggal dulu kepala saya agak pusing" tanpa menunggu jawaban Pak Yonas aku berdiri hendak menuju kamar tidurku, tapi kalau saja Pak Yonas tidak menangkapku pasti aku akan terjatuh kelantai."Bu Alya.. Ibu kenapa?""Entahlah Pak.. Kepala saya pusing""Kalau begitu mari saya antar ke kamar"Akhirnya aku dituntun Pak Yonas menuju kamar tidurku sambil sebelah tanganku memeluk tubuh Pak Yonas. Lalu aku di baringkan diatas tempat tidurku dan Pak Yonas bergegas keluar kamar. Selang berapa lama Pak Yonas kembali kedalam kamar sambil tangan nya membawa sesuatu yang entah apa karena aku mataku benar-benar tersa berat. Antara sadar dan tidak kudengar Pak Yonas menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam, lalu ia meletakan sesuatu diatas meja rias kamar tidurku."Lho Pak, kok pintunya dikunci"Hanya itu yang keluar dari mulutku, Pak Yonas diam tak menjawab tapi ia beranjak mendekati aku yang tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan pahaku."Oh.. Pak Yonas.. apa yang Bapak lakukan.." aku tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah Pak Yonas menempel di belahan pahaku."Tenanglah Bu.. nikmati saja..", aku berontak, aku tak bisa membiarkan kekurang ajaran orang ini, aku harus bisa melepaskan diri dari bajingan ini, tapi tak berdaya aku melakukan semua itu, tubuhku lemas dan yang lebih celaka lagi dorongan hasrat yang menggebu itu bertambah menjalari seluruh tubuhku."Bajingan kau.. lepaskan!, aku ini istri atasanmu.." tapi Pak Yonas menjawab teriakanku dengan tangannya yang berusaha menarik rok yang aku kenakan dan mencampakannya ke lantai dan selanjutnya kedua tangannya pula yang menarik celana dalamku sehingga terlepas dari tempatnya, maka terpampanglah bagian tubuhku yang paling rahasia yang selama ini hanya aku dan suamiku yang tahu keberadaannya."Kurang ajar.. Bajingan.. lepaskan..!" kembali aku berteriak sambil berusaha menendang, tapi lagi-lagi aku begitu lemah dan tiba-tiba saja lidah Pak Yonas yang basah menyeruak menyapu organ tubuhku yang paling sensitif."Akhh.." Oh.. Tuhan nikmat sekali rasanya lidah orang ini, tubuhku mengejang, lama lidah Pak Yonas bermain dengan Vaginaku dan sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan mengeras. Cairan vaginaku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur Pak Yonas yang masih saja menusukan lidahnya ke tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu.."Ohh.. hh.. Akh.." erangan panjang dari mulutku mengiringi semptotan cairan hangat yang keluar dari dalam liang vaginaku dan membasahi mulut Pak Yonas. Pelacur.. aku orgasme dengan orang selain suamiku dan hendak memperkosaku dengan biadab, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku yang pertama dari Pak Yonas ini dan aku selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Pak Yonas dengan nafas yang Pak Yonas melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku."Gimana sayang.. kita lanjukan permainan ini?" Pak Yonas berbisik ditelingaku."Ja.. hh.. jangan Pak sudah.." sebentar Pak Yonas menghentikan aksinya mungkin untuk memberiku kesempatan mengumpulkan tenaga kembali."Bu Alya, Ibu tahu kalau saya udah jatuh cinta saat pertama melihat Ibu, jadi nikmati saja tanda cinta dari saya."Tidak Pak.. jangan.." setengah menangis aku memelas agar ia mau melepaskanku dari nafsu bejatnya."Pak Rohan sangat beruntung memiliki Ibu.., cantik dan bertubuh idaman lelaki.." sambil terus bicara rupanya Pak Yonas menaggalkan seluruh lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia mencium telingaku membuat gairah dalam tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri."Bibir Ibu indah.." itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Pak Yonas menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak menelusuru leherku dan berusaha menggigir puting susuku yang masih terbungkus rapi oleh blous dan BH. Kembali tangannya merayap menggerayang perutku lalu menari blouseku keatas dan melepaskannya, kini pertahanan diriku hanya BH yang menutup rapat kedua gumpalan payudaraku."Beautifull breast.. indah sekali sayang.."Dengan sekali tarik terlepaslah BH itu dari tubuhku sehingga kini aku telanjang bulat di hadapannya. lalu ia menyentuh bagian terakhir dari tubuhku yang belum dijamahnya, kedua payudara yang indah milik suamiku."Padat dan kenyal.. kau memang pandai merawat tubuh sayang.."Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku lebih berkobar akhirnya kudekap tubuh yang menindih diatasku, oh.. Tuhan ia sudah telanjang bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan mengeksploitasi payudaraku ketika tiba-tiba ia bergerak merenggangkan tubuhnya dari tubuhku dan beringsut naik sehingga kurasakan sesuatu yang keras menempel di wajahku, aku tersentak kaget."Ayo sayang mainkan punyaku please..!" kudengar ia merajuk sambil menarik tanganku untuk memegang dan memainkan benda itu. Ia mengarahkan kemulutku tapi aku tak mau, benar-benar tak mau karena aku memang tidak biasa melakukannya juga dengan Mas Rohan suamiku."Ti.. tidak.. aku nggak mau""Ayo sayang buka mulutmu, nanti kau akan menikmatinya.."Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi penis Pak Yonas, sebenarnya ukuran penis Pak Yonas hampir sama dengan milik suamiku tetapi punya Pak Yonas sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum penis itu."Ohh.. Nikmat sekali sayaang, kau memang pintar"Pak Yonas mengerang sambil meremas rambutku lalu ia mendorong dan menarik penisnya di mulutku. Aku terus mengutuk diriku yang rela memberikan sesuatu yang lebih pada orang lain daripada untuk suamiku karena selama ini aku selalu menolak kalau Mas Rohan minta untuk memasukan penisnya ke Pak Yonas menikmati sentuhan lidahku sampai akhirnya ia pun tak tahan untuk segera mengakhiri semuanya. Perlahan kembali ia merayap turun mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku sambil terus melumat wajah dan payudaraku."Jangan.. Pak.. aku mohon jangan.. aku nggak mau menghianati suamiku.. please..!" untuk kesekian kalinya aku memelas sambil berusaha merapatkan kedua kakiku dan mendorong tubuh Pak Yonas agar menjauh mempedulikan rintihanku Pak Yonas bergerak berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi kembali tanagn Pak Yonas menarik kedua tangan ku dan membawanya keatas kepalaku. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan lidahnya, kembali akupun merasakan sensasi kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang basah itu."Ohh.." tubuhku bergetar sesuatu yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya dan diakhiri dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh penis Pak Yonas kedalam liang . . . .
cerita dewasa rona kehidupan